Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wiranto Minta Maaf, Tak Bermaksud Menyebut Para Pengungsi Korban Gempa Ambon Jadi Beban Pemerintah

Menkopolhukam, Wiranto meminta maaf kepada masyarakat Maluku atas ucapannya yang menyebut pengungsi dari gempa Ambon menjadi beban.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Wiranto Minta Maaf, Tak Bermaksud Menyebut Para Pengungsi Korban Gempa Ambon Jadi Beban Pemerintah
TRIBUNNEWS/RIZAL BOMANTANA
Menko Polhukam Wiranto dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Selasa (24/9/2019). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto meminta maaf kepada masyarakat Maluku atas ucapannya yang menyebut pengungsi dari gempa Ambon menjadi beban.

Hal itu disampaikan Wiranto dalam jumpa pers usai bertemu sejumlah tokoh Maluku di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat (4/10/2019).

Wiranto mengaku tak bermaksud menyebut para pengungsi korban gempa Ambon menjadi beban pemerintah pusat dan daerah. Namun demikian, ia tetap meminta maaf.

"Dalam kesempatan ini saya sampaikan bahwa kalau ada ucapan, ada kalimat-kalimat yang saya sampaikan, apabila dirasa mengganggu perasaan masyarakat di Maluku atau terdampak atau katakanlah dianggap menyakiti hati dan sebagainya, itu pasti bukan karena saya sengaja," kata Wiranto.

"Bukan karena saya sengaja untuk menyakiti hati atau menyinggung perasaan masyarakat Maluku. Tapi apabila ada yang tersinggung, ada yang sakit hati, secara resmi, tulus, saya minta dimaafkan," lanjut dia.

Wiranto menambahkan pemerintah melalui kementerian dan lembaga terkait telah memberikan perhatian penuh kepada para korban gempa di Maluku.

Di antaranya dengan mengirimkan bantuan logistik ke wilayah terdampak gempa serta generator dan tenda-tenda untuk kebutuhan rumah sakit di Maluku.

BERITA REKOMENDASI

"Yang terpenting adalah sekarang kita fokus pada bagaimana kita berusaha untuk melakukan aksi-aksi untuk membantu saudara-saudara kita yang terdampak," ujar Wiranto.

Letjen (Purn) Suaidi Marasabessy menjadi salah satu tokoh Maluku yang mengikuti pertemuan dengan Menko Polhukam, Wiranto.

Baca: Oksana Veovodina, Ratu Kecantikan Rusia yang Curhat Keretakan Rumah Tangga dengan Sultan Kelantan

Ia mengatakan apa yang disampaikan oleh Wiranto serta tindakan yang sudah dilakukan pemerintah pusat sudah lebih dari harapan.

"Respons yang diberikan melebihi harapan kami. Pak Wiranto seharusnya tak perlu meminta maaf," katanya.

Suaidi menjelaskan daerah yang terdampak gempa tersebar di berbagai tempat, seperti di Pulau Seram bagian barat dan selatan, Saparua, dan Ambon.

Namun, gempa tersebut berbeda dengan peristiwa gempa bumi yang terjadi di Palu pada beberapa waktu lalu.

"Diharapkan pemerintah pusat dan daerah segera melakukan penanganan tepat kepada masyarakat terdampak gempa bumi. Semoga penderitaan masyarakat Maluku bisa segera selesai," ujarnya.

Pada 30 September 2019, Wiranto selaku Menko Pulhukam memberikan keterangan pers perihal dampak dan penanganan gempa kekuatan 6,5 skala ritcher yang melanda kota Ambon, Maluku, 26 September 2019.

Saat itu, Wiranto menyampaikan pernyataan berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), diketahui gempa di Ambon mengakibatkan 700 rumah rusak dan 23 orang meninggal dunia.

Selain itu, pemerintah juga merencanakan penyaluran dana untuk para korban meninggal dunia dan para pengungsi.

Namun, jumlah pengungsi tidak sebanding dengan jumlah kerusakan tempat tinggal yang ada di daerah tersebut.

Banyak warga memilih ikut mengungsi karena adanya hoaks adanya gempa susulan dan tsunami. Padahal, tidak ada badan resmi yang memberikan informasi seperti itu.

Baca: Fakta-fakta Temuan Mayat dalam Kondisi Sujud di Tepi Jalan Jombang, Diduga Terkait Rebutan Wanita

Saat itu, Wiranto mengharapkan masyarakat yang mengungsi bisa kembali ke tempat tinggal masing-masing untuk mengurangi jumlah besaran pengungsi.

Ia menilai ketakutan tersebut membuat masyarakat terus mengungsi dan tak kembali ke rumah. Dan hal tersebut menjadi beban pemerintah, baik pusat maupun daerah.

Pernyataan Wiranto itu ditanggapi sejumlah pihak sebagai pernyataan yang menyinggung masyarakat di Maluku.

Gempa 6,8 magnitudo sebelumnya mengguncang Pulau Ambon dan Kabupaten Seram Bagian Barat pada Kamis, 26 September 2019, pukul 08.46 WIT.

Pusat gempa berada di titik koordinat 3.38 Lintang Selatan,128.43 Bujur Timur atau berjarak 40 km Timur Laut Ambon-Maluku dan 9 km Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat dengan kedalaman 10 Km.

BMKG: Indonesia Diguncang 11 Kali Gempa Hari Ini, Kamis 3 Oktober 2019, Beberapa Gempa Berpusat di Ambon
BMKG: Indonesia Diguncang 11 Kali Gempa Hari Ini, Kamis 3 Oktober 2019, Beberapa Gempa Berpusat di Ambon (Twitter/infoBMKG)

Terkini, ada 34 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya mengalami kuka-luka akibat gempa tersebut.

Selain korban jiwa, gempa tersebut juga mengakibatkan kerusakan rumah-rumah warga, sekolah, rumah ibadah, perkantoran dan fasilitas publik lainnya.

Berdasarkan catatan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Ambon, hingga Jumat (4/10/2019) pagi pukul 09.00 WIT, telah terjadi 1.006 kali gempa susulan yang mengguncang Pulau Ambon dan sekitarnya.

Sejumlah warga sempat panik dan berhamburan keluar rumah karena gempa susulan tersebut.

Lima Ibu Melahirkan

Sejumlah warga masih menempati beberapa camp pengungsian di Maluku. Seluruh aktivitas warga dilakukan di tempat pengungsian, termasuk ibu yang melahirkan.

Baca: Sang Ibu Jabat Wali Kota Bontang, Kini Andi Faisal Diangkat Jadi Ketua DPRD

Jumat malam, seorang ibu hamil bernama Heny Tomia (31), melahirkan bayinya di tenda darurat di dusun tempat tinggalnya.

Heny merupakan warga Dusun Wainuru, Desa Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah.

Heny masih beruntung karena saat proses persalinan ditangani langsung oleh bidan dari Puskesmas dan sejumlah relawan.

Salah satu relawan mahasiswa kesehatan Maluku mengaku Heny melahirkan bayinya di tenda pengungsian tepatnya di hutan dekat pepohonan cengkih. Ibu dan bayi selamat.

Gubernur Maluku Murad Ismail saat meninjau para pengungsi korban gempa di halaman RSUD dr Haulussy Ambon, Kamis (26/9/2019) malam
Gubernur Maluku Murad Ismail saat meninjau para pengungsi korban gempa di halaman RSUD dr Haulussy Ambon, Kamis (26/9/2019) malam (Kopmas.com/Rahmat Rahman Patty)

"Baru bersalin sekira pukul 18.41 WIT tadi. Kebetulan kita dapat informasi ada warga yang mau bersalin di tenda lalu kita datang dan kita bantu," kata Sandi Salamun, koordinator relawan mahasiwa kesehatan Maluku.

Minggo, salah satu anggota keluarga Heny mengatakan perut Heny mulai sakit sejak sore.

Saat itu, keluarga tidak bisa membawanya ke puskesmas ataupun rumah sakit lantaran lokasi pengungsian sangat jauh dan berada di perbukitan.

Sebelum Heny, sebelumnya ada empat ibu hamil yang juga melahirkan bayinya di lokasi pengungsian, tepatnya di Desa Waimital, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Maluku.

gempa ambon kerusakan bangunan
gempa ambon kerusakan bangunan (TribunAmbon.com)

"Ada empat ibu hamil melahirkan di posko pengungsian di Rindam Waimital, Kecamatan Kairatu," kata Humas Satuan Tugas Penanganan Bencana Gempa Provinsi Maluku, Frona Koedoeboen.

Dia menuturkan, keempat ibu hamil yang melahirkan bayinya itu ikut dibantu oleh tim kesehatan produksi dari satgas penanganan bencana.

6 Ribu Rumah Rusak

BNPB mencatat hingga 3 Oktober 2019 pukul 16.00 WIB, sebanyak 6.184 unit rumah rusak akibat gempa 6,8 magnitudo yang mengguncang Pulau Ambon dan Kabupaten Seram Bagian Barat.

Wali Kota Ambon sebut sempat terjadi fenomena tak biasa sebelum gempa mengguncang.
Wali Kota Ambon sebut sempat terjadi fenomena tak biasa sebelum gempa mengguncang. (Kanal YouTube Metrotvnews)

"Rincian rumah rusak dengan kategori berbeda, yaitu rusak berat 1.990 unit, rusak sedang 1.101 dan rusak ringan 3.093. Selain kerusakan di sektor pemukiman, jumlah fasilitas umum yang rusak sebanyak 56 unit," ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB Agus Wibowo.

Sementara itu, data dari BPBD Provinsi Maluku jumlah korban meninggal dunia kini sebanyak 34 orang, sedangkan luka-luka 149 orang dan yang masih mengungsi 108.313 orang. (tribun network/zal/kompas.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas