Pujian Menlu Retno Marsudi untuk Jokowi: Dengan Bahasa Tubuhnya, Kita Paham
Retno menuturkan sosok Jokowi sangat baik dalam mengelola emosi. Menurut Retno, ia jarang melihat Jokowi marah. "Enggak mau diomongin,"
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Rachmat Hidayat
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengaku agak sulit membedakan kapan saat Presiden Jokowi marah, kadang biasa saja. Lima tahun membantu Jokowi, Menlu Rini mengaku kerap membaca bahasa tubuh presiden.
Retno menuturkan sosok Jokowi sangat baik dalam mengelola emosi. Menurut Retno, ia jarang melihat Jokowi marah. "Enggak mau diomongin," ujar Menlu Rini sambil tertawa kecil saat ditanya apakah kerap mendapat pujian dari Jokowi.
Baca: Penusuk Wiranto Alumni Fakultas Hukum USU, Lulus Setelah 7 Tahun Kuliah
Tribun berkesempatan mewawancarai khusus Menlu Retno Marsudi, Jumat (11/10/2019) di ruang kerjanya. Dirinya kemudian memuji Jokowi sebagai orang yang pandai mengelola emosi. "Biasanya, dalam diskusi bersama, pak Jokowi itu orang yang (mampu) mengelola emosi dengan baik. Itu menurut saya ya," aku Menlu.
"Dengan beban beliau yang begitu banyak itu, sangat jarang beliau keliatan marah dan sebagainya. Jadi beliau itu bisa mengelola emosinya. Demikian juga, katakanlah sedang happy, beliau dapat kelola. Kita bisa rasakan energi itu, karena sudah bersama selama 5 tahun," lanjutnya.
Baca: Menlu Retno: Perjuangan Indonesia Konsisten Untuk Dukung Kemerdekaan Palestina
Kapan kira-kira Presiden meminta maksimal bekerja, cerita Menlu Retno lagi, dan kapan menyampaikan was, oke well done. "Tentunya, dengan bahasa yang baik. Kadang-kadang dengan bahasa tubuhnya, kita paham. Membaca bahasa tubuh Jokowi," aku Menlu Retno.
Baca: Tips Bugar dan Enerjik Ala Menlu Retno Marsudi, Rajin Jogging Hingga Kurangi Konsumsi Nasi
Soliditas tim, diakuinya yang paling dirasa saat membantu Presiden Jokowi di kabinet selama lima tahun. Team work yang solid di Kementerian Luar Negeri, komunikasi tanpa batas waktu, dan sama sekali tak ada batas jenjang.
"Karena culture yang dibangun itu adalah komunikasi tanpa hambatan. Dunia ini cepat sekali. Jadi misalnya ada satu peristiwa, kita kan harus merespon peristiwa tersebut," ungkapnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.