Yusril Sebut Butuh Waktu Seminggu untuk Memulihkan Usus Wiranto yang Terluka Akibat Penusukan
Menteri Sekretaris Negara, Yusril Ihza Mahendra mengatakan butuh waktu seminggu untuk memulihkan usus yang terluka karena penusukan.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Dewi Agustina
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Kabinet Kerja, Agum Gumelar membantah tudingan rekayasa penikaman terhadap Wiranto.
Baca: Rumah Dinas di Sidoarjo Disterilisasi, Peltu YNS Masih Dampingi Istrinya Diperiksa Polisi
Dikatakan Agum, akibat 2 luka tusukan tersebut, Wiranto harus dioperasi ususnya dengan dipotong sepanjang 47 cm.
Ia bahkan ikut menjadi saksi mata ketika Wiranto harus dioperasi selama 4 jam.
"Saya melihat sendiri Pak Wiranto, karib saya, satu angkatan sama saya. Bagaimana beliau dalam proses operasi ususnya hampir 4 jam," ungkap Agum Gumelar lewat Kompas Petang.
Agum Gumelar pun menyaksikan saat-saat Wiranto diangkut ke atas Helikopter untuk segera dibawa ke rumah sakit.
Di dalam helikopter, Agum mengatakan bahwa Wiranto mengalami pendarahan cukup banyak, bahkan mencapai 3 liter lebih.
"Ketika terjadi (penusukan) sampai dengan dievakuasi ke Jakarta pakai heli, itu di dalam heli sapendarahan itu sudah sampai 3 liter lebih, Betapa berat, kok masih dibilang rekayasa," ujar Agum Gumelar.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo pun membantah tudingan yang menyebut peristiwa penikaman Wiranto hanya rekayasa.
"Tidak mungkin (rekayasa)," ujar Dedi Prasetyo saat memberikan keterangan pers di Mabes Polri, Jumat (11/10/2019), dikutip dari Kompas.com.
Dedi menjelaskan, seseorang yang terpapar paham radikal tidak lantas berani melakukan serangan, karena dibutuhkan proses yang panjang.
Baca: Perubahan Sikap Ahmad Dhani Selama di Bui, Lebih Ramah dan Taat Ibadah
"Ketika seseorang terpapar radikal, prosesnya itu cukup panjang. Bagaimana dia memiliki tingkat keberanian untuk melakukan serangan kepada aparat, butuh proses," kata Dedi.
Menurutnya terdapat 5 tahapan, yakni perencanaan awal, taklim umum, taklim khusus, idat dan eksekusi penyerangan.
Karena itulah, tidak mungkin ada pihak yang merekayasa pelaku teror untuk melancarkan aksinya.
"Tidak mungkin ya ada pihak-pihak yang rekayasa. Jaringannya (kelompok terorisme) cukup banyak," kata dia.
Terorisme Spontan
Mantan terpidana teroris, Sofyan Tsauri mengatakan insiden penikaman Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto bukanlah sebuah rekayasa.
Menurutnya, insiden penusukan Wiranto tersebut hanya dapat dipahami oleh orang-orang yang pernah berkecimpung di dunia terorisme.
Sofyan Tsauri mengatakan, setiap orang yang sudah tercuci otaknya dengan terorisme pasti sudah memiliki niat membunuh di waktu dan keadaan apa pun, termasuk dalam kasus penusukan Wiranto tersebut.
Baca: Pilot Ini Ungkap Hal Mengejutkan Tentang Pekerjaannya, Termasuk Gaji hingga Pendaratan Rumit
Pada tahun 2009, kata Sofyan, seorang rekannya menulis buku tentang seruan soal jihad dengan alat apa pun. Termasuk hanya dengan sebatas pisau dapur.
Buku yang diciptakan oleh teroris Lampung, Abu Yusuf itu menginstruksikan para pengikut Al-Qaeda untuk membunuh targetnya dengan pisau dapur sekalipun.
"Sehingga temen-temen itu dari dulu tidak perlu bom, bahkan dengan apa saja yang ada mereka bisa lakukan apa yang dianggap sebagai amaliyah itu," kata Sofyan melalui perbincangan siaran televisi swasta, dikutip Warta Kota.
Sofyan menjelaskan, percobaan pembunuhan yang dilakukan Syahril Alamsyah (SA) alias Abu Rara terhadap Wiranto menjadi contoh spontanitas seseorang yang otaknya sudah tercuci dengan terorisme.
"Mereka tidak punya visi dan misi politik, kelompok-kelompok ini sederhana saja berfikirnya, mereka niat sudah ada, dan melihat target datang sendiri dan kesempatan itu ada," kata Sofyan.
Sofyan meyakini Abu Rara langsung bersiap ketika mengetahui ada pejabat hadir di dekat kediamannya.
Menurut Sofyan, hal itu memang terdengar janggal bagi orang-orang awam yang tidak pernah berkecimpung di dunia terorisme.
Memang buat orang yang tidak pernah bergaul dengan kelompok-kelompok seperti kita akan blank, siapa yang nyangka, tetapi itulah," jelas mantan anggota Jemaah Islamiyah itu. (tribun network/gle/kompas.com)