Senyuman Kiai Maruf Amin untuk Putrinya Nur Azizah
Ke luar dari mobil sedan Audi A4 putih, ia terlihat didampingi beberapa orang
Editor: Rachmat Hidayat
Tetapi ada sisi yang memang harus menjadi perhatian kita semua. Kota maju itu harus disertai dengan pemerataan.
Ada sisi masyarakat lokal yang perlu penguatan karakteristik lokal itu. Sebagai kekuatan kota Tangsel itu sendiri. Saya melihat itu yang belum disentuh secara maksimal.
Contohnya seperti apa?
Sampai sekarang saya juga belum bisa melihat apa sih sebetulnya karakteristiknya kota Tangsel itu sendiri.
Dengan masyarakat yang majemuk, kan ada mayoritas masyarakat betawi, sunda dari Banten. Tapi ciri khas itu yang belum muncul belum kelihatan.
Karena itu proses pemerataan kemajuan yang kemudian bisa mengangkat potensi karakteristik lokal itu belum kelihatan.
Menurut Anda salah satu karakteristik apa yang bisa dimunculkan di kota Tangsel tersebut?
Saya melihat, ini kan masyarakat betawinya cukup kental, selain sunda dan jawa. Dan ini sebenarnya kota penyangga yang banyak urban dari Jakarta yang ke sini
Seperti betawinya Jakarta bergeser ke Tangsel. Walaupun secara sosiologi itu teman-teman dari antropolog, sebenarnya mereka dari Banten, kemudian ke Jakarta. Lalu kembali lagi ke Tangsel.
Nah itu kan karakteristik Betawi Tangsel, dan saya melihatnya sudah mulai hilang.
Kita tidak kemudian memperkuat ciri-ciri lokal kita. Contohnya (pohon) kelor. Nah saya punya program namanya 'sejuk', sejuta kelor. Sebenarnya kelor itu kan ciri dari masyarakat Betawi.
Baca: Pelebaran Kali di Pamulang Sebabkan Ular Berkeliaran, Warga Resah
Kelor itu kan tanaman yang tahan segala iklim dan itu super nutrisi. Dan bagaimana semangat tumbuhnya pohon kelornya itu mencerminkan bagaimana kita hidup sehat.
Itu yang harus dikembangkan budaya hidup sehat di masyarakat. Karena itu kita akan tumbuhkan kelor di setiap rumah.
Selama ini Anda sudah sering terjun ke masyarakat. Adakah masalah yang sering diadukan ke Anda?