Bongkar Cara Main Mafia Migas, Said Didu: Mafia Bekerja di dalam Regulasi, Bukan Melawan Hukum!
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN, M. Said Didu menceritakan cara kerja mafia yang ada di BUMN. Menurutnya, mafia berkeliaran di dalam regulasi.
Penulis: Nidaul 'Urwatul Wutsqa
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Mantan Sekretaris Kementerian BUMN M. Said Didu menegaskan adanya mafia minyak dan gas (migas) yang masih berkeliaran dalam Pertamina.
Ia membantah adanya anggapan dari beberapa pihak yang mengatakan mafia merupakan hantu yang dibuat.
Said Didu pun menceritakan bagaimana mafia tersebut dapat bermain di dalam pengadaan minyak dan gas.
Dirinya setuju dan mendukung jika Menteri BUMN Erick Tohir bersama Komisaris Utama PT Pertamina Basuki Tjahaja Purnama mempunyai misi untuk serius memberantas mafia migas di Indonesia.
Namun, dirinya juga mengatakan jika Basuki Tjahaja Purnama yang kerap disapa Ahok tersebut gagal maka Ahok pun merupakan bagian dari mafia itu sendiri.
Menurut Said Didu dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) TVOne, Selasa (26/11/2019) mengatakan adanya pembahasan mafia migas pun sangatlah penting.
"Dari tadi tidak ada yang mau membahas bagaimana cara mafia bekerja. Ini penting karena selalu ada yang menyatakan mafia ini tidak ada. Itu adalah hantu yang dibikin. Saya katakan ada," ungkap Said Didu membuka dan menegaskan.
Dirinya menyebut bahwa cara bekerja seorang mafia adalah di dalam regulasi dan bukan melawan hukum.
"Dan caranya bekerja mafia itu adalah selalu bekerja di dalam regulasi, bukan melawan hukum. Jadi dia mengobjektifkan kepentingan subjektif dia," sambungnya.
Lebih lanjut dirinya menceritakan perhitungan subsidi migas tidak memakai 3 spot minyak.
"Saya ini cerita bagaiamana mafia itu bermain di pengadaan migas subsidi. Dulu membahas subsidi itu selalu adalah harga subsidi. Morf plus alfa. Morf itu adalah harga rata-rata Singapura."
"Saat itu saya membahas dan tengah malam saya diusir keluar oleh salah satu menteri karena saya protes bahwa kenapa pakai harga Singapur? Kenapa kita tidak memakai 3 spot minyak supaya terjadi persaingan," kisahnya saat dirinya masih menjabat sebagai Sekretaris Kementerian BUMN.
Ia menceritakan, Singapura merupakan penghasil premium terbesar dan mempunyai kilang.
Kemudian, Pertamina Energy Trading Limited (Petral), anak perusahaan Pertamina adalah perusahaan yang bermain dalam subsidi premium di Singapura.