Memelihara Budaya dan Pariwisata dengan Teknologi
Awan-awan di kepulauan Natuna sedang mengerubungi kami. Siang hari di Natuna akhir-akhir ini memang sering berawan.
Editor: Content Writer
Kegiatan yang dilakukan yaitu bergotong-royong membersihkan pulau Senoa, penanaman 120 bibit cemara pantai, juga pelepasan tukik atau penyu untuk menjaga kelestariannya agar tidak punah.
Usai banyak berbincang dengan Naen, kini tiba para anggota sanggar Seni Melayu Anak Negeri mempersiapkan penampilan mereka. Para masyarakat turut hadir menyaksikan penampilan tersebut.
Sebagian dari mereka menyalakan gawainya untuk memotret dan merekam. Sebagian yang lain hanya duduk dan fokus menikmati. Saya bergabung dengan masyarakat yang sedang duduk dan bersiap menyaksikan penampilan tradisional Alu.
Baca: Lewat Tabligh Akbar Kominfo Sampaikan Pesan Perdamaian Bermedia Sosial
Para penampil yang menggunakan pakaian adat mulai berkumpul. Masing-masing dari mereka memakai pakaian tradisional Melayu, yaitu Tape Gendong dan mengikatnya di pinggang mereka.
Kini tujuh orang berseragam telah melingkar dan masing-masing orang memegang Alu di tangannya. Di tengah lingkaran yang dibuat, terdapat Lesung yang bentuknya seperti kaki pilar dan di permukaan atasnya melengkung seperti mangkuk besar.
Saya berbincang dengan Syafi’i (43) sekretaris sanggar, yang saat itu sedang bersama-sama menonton budaya tradisional Alu dengan saya. Syafii bercerita bahwa Lesung dan Alu merupakan sebuah alat dari kayu dan digunakan untuk menumbuk padi. Bahan kayunya pun merupakan kayu khusus, disebut kayu besi, yang didapat secara langka di wilayah utara yaitu gunung Pupuk, kepulauan Natuna.
Baca: Sampai Kapan Pemerintah Batasi Akses Whatsapp, Instagram dan Facebook?
Para penampil mulai bermain dengan memukul-mukulkan alu yang mereka pegang ke bagian dalam dan bibir lesung. Masing-masing alu, begitu dipukulkan ke Lesung akan menghasilkan suara yang berbeda. Suara-suara yang dihasilkan oleh ketujuh Alu tersebut berkolaborasi dan menciptaka irama yang harmonis.
Di lain kesempatan saya sempat menemui Hadisun (43), Kepala Bidang Budaya Dinas Pariwisata dan kebudayaan Kepulauan Natuna.
Hadisun bercerita bahwa budaya tradisional Alu terinspirasi dari suara kicauan burung-burung yang biasa didengar saat berada di hutan.
Kicauan tersebut mengiringi masyarak yang sedang berladang dan berkativitas di hutan. Hadisun berharap dengan adanya akses internet cepat di kepualan Natuna, informasi tentang budaya-budaya yang ada di Natuna bisa diketahui oleh seluruh nusantara dan dikenal hingga mancanegara. (*)