Mereka yang 'Gembira' Ari Askhara Dipecat dari Dirut Garuda, Ikagi Sampai Kirim Karangan Bunga
Erick Thohir memecat Ari Askhara dari jabatan Dirut Garuda. Ternyata, banyak pihak yang 'gembira' dengan pemecatan ini. Kenapa?
Penulis: Sri Juliati
Editor: Whiesa Daniswara
"Bisa dilihat dia juga tidak pro kepada kru kabinnya sendiri dari banyaknya karangan bunga ucapan terima kasih pada Erick Thohir," sambungnya.
Iqbal mengatakan, Garuda Indonesia saat ini seperti berada di zona nyaman, tidak peduli dengan industri pariwisata yang sejatinya saling memberi sokongan dengan maskapai.
"Merasa hebat, merasa super power, tidak butuh bantuan. Bentuknya kartel, apalagi dengan masuk Sriwijaya lalu keluar lagi."
"Merasa tidak peduli dengan harga tiket domestik yang begitu mahal," jelas Iqbal.
3. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI)
Hal senada juga disampaikan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) sekaligus Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani.
Haryadi mengatakan, selama Ari Askhara menjabat, kerap menghambat perusahaan swasta untuk mendistribusikan minyak jenis avtur karena dianggap sebagai kompetitor.
Selain itu, harga tiket yang mahal merupakan permasalahan yang paling utama.
"Kami sesalkan saja kok ada upaya yang membuat kompetitif dipersulit," ujarnya ditemui usai rakor omnibus law di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (6/12/2019).
"Terus terang kami dengan adanya pergantian direksi Garuda ini, saya sebagai Ketua PHRI di sektor pariwisata, gembira banget," kata dia.
"Dia (Ari Askhara) mendikte pasar, sampai Traveloka dipencet sama dia, itu enggak fair lah," lanjutnya, dikutip dari Kompas.com.
Haryadi mengatakan, upaya Ari Askhara di Garuda Indonesia justru membuat persaingan tak kompetitif.
Akibatnya, hal ini justru merugikan masyarakat.
Tak hanya harga jual tiket yang jadi melonjak, harga pengiriman barang melalui jasa kargo jadi mahal.