Dirut Garuda Dicopot, Awak Kabin: Seakan Duri yang Tertancap Lepas
Menurut Yosephine, pemecatan Ari Askhara sebagai Dirut Garuda Indonesia diibaratkan sebagai lepasnya duri yang selama ini telah menancap di benaknya.
Penulis: Isnaya Helmi Rahma
Editor: Whiesa Daniswara
Karena mereka yang duduk di struktural dianggap mendapatkan bayaran double.
Padahal belum tentu dalam sebulan mereka terbang hingga 60 jam.
"Tunjangan jabatan dia dapat, tunjangan jaminan jam terbang juga dapat," ungkap Yosephine.
"Karena mereka yang distruktural ibarat kata dapat berkumpul dengan keluarga baik di weekend maupun pada libur hari raya," imbuhnya.
Yosephine mengaku tidak ada perjanjian hitam diatas putih sebelumnya atas kebijakan tersebut.
Namun kebijakan ini sudah mulai diimplementasikan sejak bulan November.
"Sejak November sudah di implementasikan dan kami kaget karena awak kabin tidak diberi tahukan terkait jumlah nominalnya," tutur Yosephine.
"Cuma ada beberapa tim yang mensosialisasikan, dan itu tidak jelas karena cuma hanya dari presentasi powerpoint saja," ungkapnya.
Sehingga dengan dicopotnya Ari Askhara, sejumlah awak kabin Garuda Indonesia mengaku lega.
Bahkan menurut penuturan Yosephine, banyak yang mengadakan syukuran, membuat tumpeng hingga mengundang anak yatim.
Diketahui pemecatan Ari Askhara berawal dari terbongkarnya kasus penyelundupan Harley Davidson dan sepeda Brompton ilegal di pesawat Garuda Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut penyelundupan ini telah merugikan uang negara sebesar Rp 532 juta hingga Rp 1,5 miliar.
Kasus tersebut terungkap saat petugas Bea dan Cukai menemukan onderdil motor Harley Davidson dan sepeda Brompton ilegal di hanggar PT Garuda Maintenance Facility (GMF).
Menurut penuturan Sri Mulyani, petugas bea cukai menemukan beberapa koper bagasi penumpang dan 18 box warna warna coklat yang keseluruhannya memiliki klaim tax sebagai bagasi penumpang.