Tanggapi Polemik Ekspor Benih Lobster, Sujiwo Tejo: Ujung-ujungnya soal Ekonomi, Bukan Lingkungan
Budayawan Sujiwo Tejo memberikan komentar tentang pro kontra pelegalan benih lobster yang dicanangkan Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo.
Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Pravitri Retno W
"Malam ini saya makan di Pangandaran dengan lobster. Satu ekor lobster beratnya kurang lebih 400-500 gram. Lobster yang begini harganya 600-800 ribu," ujarnya.
Ia mengungkapkan perhitungan harga lobster yang dijual dengan harga murah akan sangat merugikan para nelayan.
"Berarti satu ekor lobster ini 400 ribu, bibitnya diambil dan dijual hanya dengan 30 ribu saja."
"Berapa rugi kita, apalagi kalau lobsternya berjenis mutiara."
"Satu kilo lobster mutiara Rp 4-5 juta, satu ekor 400 gram sudah Rp 1 juta. Kita jual ke Vietnam hanya dengan harga Rp 100 ribu atau Rp 300 ribu," ucap Susi dalam video tersebut.
Susi menekankan para nelayan agar berpikir sejauh itu agar tidak mengalami kerugian.
"Nelayan tidak boleh bodoh dan kita akan dirugikan bila itu dibiarkan," ucapnya.
Wacana Pembebasan Ekspor
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengungkapkan, wacana pembebasan ekspor benih lobster bertujuan mengurangi kegiatan ekspor ilegal.
Dilansir Kompas.com, pembebasan ekspor benih lobster dilakukan sesuai ketetapan aturan.
"Kalau dibiarkan nyatanya penyeludupan tetap berjalan. Makanya kami buka saja (ekspor), sehingga penyelundupan di Indonesia tidak punya nilai lagi," ungkap Edhy di JCC Jakarta, Sabtu (14/12/2019).
Edhy menyebut, bila ekspor benih lobster dilakukan secara terstruktur, akan meningkatkan perekonomian masyarakat yang bergantung pada penjualan benih lobster.
"Daripada dijual melalui perantara, kenapa enggak langsung. Dengan siapa nanti dijual apakah dengan koperasi atau ke siapa yang tahu," ujarnya.
Ia kemudian menyebut negara menjadi penerima benih lobster secara langsung, tanpa melewati perantara atau penyelundupan.
"Kenapa kami enggak fokus pada si pemilik benih ini agar punya harga yang lebih besar?" tambahnya.
Edhy mengaku memiliki cara agara ekspor benih lobster tetap menghasilkan keuntungan.
"Sebagai misal kalau kami mau budidaya dalam negeri, kan ini untuk membangun wilayah budidaya harus memasang keramba dan menyiapkan tempatnya."
"Kan butuh waktu. Apa kita harus nunggu? Sementara mereka yang tadinya tergantung juga harus makan," ungkap Edhy.
Dikaji Lebih Dalam
Wacana ekspor benih lobster, menurut Edhy, masih akan dikaji lebih dalam.
Hal ini terkait aturan yang akan diberlakukan.
Edhy menyebut aspek keberpihakan kepada masyarakat yang menggantungkan hidup dari benih lobster harus dipertimbangkan.
"Ada muncul wacana ekspor, tentu ini harus dikaji lagi apakah bertahap atau dengan kuota."
"Seandainya kami ekspor sejuta benih lobster, misalnya. Berapa nilai yang benar-benar masuk ke nelayan dan berapa nilai yang masuk ke pajak negara," jelasnya.
(TRIBUNNEWS.COM/Wahyu Gilang Putranto) (Kompas.com/Ihsanuddin/Muhammad Idris/Kiki Safitri)