Budiman Sudjatmiko Mengaku Cukup Puas dengan Sistem Demokrasi saat Ini, Apa Alasannya?
Politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko mengaku cukup puas dengan sistem demokrasi di Indonesia pada saat ini.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko mengaku cukup puas dengan sistem demokrasi di Indonesia pada saat ini.
Ada lima alasan mengapa secara pribadi dirinya cukup puas dengan sistem demokrasi tersebut.
"Dalam perspektif pribadi, mengapa sistem demokrasi saat ini cukup memuaskan? Pertama karena kebebasan terjamin, kedua kesetaraan diakui, ketiga kemajuan manusia, keempat hegemoni atas alat, kelima keberlangsungan manusia," ujar Budiman, dalam diskusi 'Refleksi Demokrasi Akhir Tahun 2019', di Tjahaja Kopi, Condet, Jakarta Timur, Sabtu (21/12/2019).
Baca: Maju di Pilkada 2020, Politikus PDIP Sebut Gibran-Bobby Berpotensi Punya Beban Moral
Baca: Lihat Orang Kena Serangan Jantung Seperti Dialami Adian Napitupulu, Lakukan Pertolongan Pertama Ini
Kebebasan dan kesetaraan menurutnya terbukti dan diwujudkan dalam sistem demokrasi saat ini.
Pasalnya, Budiman mengatakan harus memperjuangkan kedua hal tersebut di era Orde Baru.
Bahkan, ia mengaku merasa tersinggung dengan berbagai meme, potret, poster hingga gambar Soeharto yang kerap terlihat di belakang truk dengan tulisan 'Piye kabare, isih penak zamanku toh?'.
Budiman merasa diejek dengan tulisan tersebut. Karena kesannya rakyat merasa lebih enak di era Soeharto dimana kebebasan dan kesetaraan tak dijamin.
Padahal dirinya berjuang mati-matian demi sistem demokrasi saat ini.
Meski merasa cukup puas dengan sistem demokrasi saat ini, masih ada ketidakpuasan pula yang dirasakan Ketua Umum Inovator 4.0 Indonesia tersebut.
Menurutnya, sistem demokrasi saat ini belum mampu secara tegas mewujudkan kemajuan manusia, hegemoni atas alat dan menjaga keberlangsungan manusia.
"Pada tahun 2045 kita akan melalui abad singularity dimana kecerdasan artifisial melampaui semua kecerdasan manusia. Kalau alat itu cerdas, manusia tetap harus memperalat alat. Jangan diperalat oleh alat. Jangan sampai pada saat itu manusia kalah oleh robot," jelas Budiman.