Soal Isu Jokowi Tonjolkan 'Geng Solo' di Polri, Ini Tanggapan Moeldoko
Moeldoko menjelaskan pengangkatan seseorang untuk menduduki posisi tertentu pasti melewati sejumlah penilaian.
Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Hasanudin Aco
Nana pernah menduduki jabatan diantaranya Kapolresta Solo tahun 2010 yang saat itu Wali Kotanya Joko Widodo.
Kombes Nana Sudjana kemudian digantikan Kombes Listyo Prabowo yang saat ini berpangkat Komjen sebagai Kabareskrim.
Dari Solo, Nana ditarik menjadi Dirintelkam Polda Jateng (2011), lalu Analis Utama Tk. I Baintelkam Polri (2012), dan Analis Kebijakan Madya bidang Ekonomi Baintelkam Polri (2013).
Tiga jabatan terakhirnya sebelum menjabat Kapolda NTB adalah Dirintelkam Polda Jawa Timur pada tahun 2014,
Wakapolda Jambi pada tahun 2015, dan Wakapolda Jawa Barat pada tahun 2016.
Nana menjabat sebagai Kapolda Nusa Tenggara Barat (NTB) sejak Mei 2019.
Menurut Brigjen Argo Yuwono, mutasi anggota dilakukan untuk peningkatan kinerja institusi Polri.
"Mutasi ini adalah hal yang alami dalam organisasi Polri sebagai tour of duty dan tour of area, penyegaran, promosi dan dalam rangka performa kinerja organisasi menuju SDM unggul dan promoter," ujar Argo saat dikonfirmasi, Jumat (20/12/2019).
Geng Solo?
Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta Syahputra Pane mengapresiasi pengangkatan Gatot Eddy Pramono sebagai Waka Polri
“Kapolda Metro Jaya Gatot Eddy sangat pantas menjadi Waka Polri,” kata Neta dalam siaran persnya.
Neta menyebut tiga alasan Gatot pantas menjadi Wakapolri.
Pertama, Gatot pernah dijagokan internal Polri menjadi Kapolri.
Kedua, prestasi di pendidikan kepolisian cukup menonjol. “Ketika PTIK dan Sespim, Gatot selalu bersaing dengan Tito Karnavian (mantan Kapolri kini Menteri Dalam Negeri). Tito peringkat satu dan Gatot peringkat dua,” beber Neta.
Baca: Kapolri Idham Azis Tunjuk Eks Kapolda NTB Jadi Kapolda Metro Jaya