Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kerajaan Baru Muncul Hebohkan Publik, Bisakah Indonesia Kembali Menjadi Kerajaan? Ini Kata Sejarawan

Sejarawan Anhar Gonggong berkeyakinan berkeyakinan Indonesia tidak akan hilang dan tidak akan kembali menjadi kerajaan.

Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in Kerajaan Baru Muncul Hebohkan Publik, Bisakah Indonesia Kembali Menjadi Kerajaan? Ini Kata Sejarawan
Humas Bnpt
Komentar Anhar Gonggong soal Kerajaan Baru Muncul Hebohkan Publik. Bisakah Indonesia Kembali Menjadi Kerajaan? Ini Kata Sejarawan 

Menurutnya, para raja dan juga pangeran kerajaan tersebutlah yang juga mendirikan Bangsa Indonesia dan karenanya pantas disebut pahlawan Nasional Indonesia.

"Jadi Indonesia ada oleh karena ada etnik yang dulu memiliki kerajaan-kerajaan lokal," terangnya.

"Kemudian setelah mereka berdialog, maka mereka sadar harus menciptakan sesuatu hal baru untuk melepaskan diripada lingkungan penjajahan yang memedihkan mereka, maka lahirlah ide membangsa itu,"lanjutnya.

Anhar menyebut para kerajaan-kerajaan tersebut memang telah hilang sejak era pembentukan demokrasi terpimpin di Indonesia pada era 1959.

"Tahun 1959 ketika proses pembentukan demokrasi terpimpin maka kemudian Swapraja dihilangkan," tutur Anhar.

Swapraja merupakan daerah yang memiliki wewenang untuk menyelenggarakan
pemerintahan sendiri dan mengatur rumah tangganya sendiri.

Dalam catatan sejarah seperti dicatat di situs dpr.go.id, pada tahun 1959 memang banyak daerah Swapraja yang telah berubah stastusnya dengan diubah menjadi daerah istimewa atau Swatantra biasa.

Berita Rekomendasi

Namun demikian, menurutnya budaya kerajaan-kerajaan tersebut tidaklah hilang begitu saja dari masyarakat.

Sebab menurutnya masyarakat saat ini juga masih menjalankan tradisi -tradisi kerjaan tersebut.

"Tetapi hilangnya mereka, tidak dalam arti kata bahwa mereka hilang secara budaya, karena memang Indonesia tidak mungkin hilang juga."

"Tidak mungkin punya budaya tanpa tetap mengadakan budaya-budaya yang dilahirkan oelh kerajaan-kerajaan lokal ini," tandasnya.

Untuk kasus banyaknya muncul kerajaan-kerjaan yang diperbincangan publik belakngan ini, Anhar menyebut itu merupakan kenyataan masyarakat agraris.

"Ini adalah kenyataan masyarakat agraris, dalam arti bahwa ada sekelompok orang yang masih membayangakan pada saatnya akan ada ratu adil."

"Jadi ini proses pemikiran masyarakat agraris, jadi masih mengharapakan karena ada situasi sekarang yang ini lalu kemudian membayangkan pada saatnya akan ada ratu adil," jelas Anhar.

Hal itu bisa terjadi karena mungkin ada beberapa faktor yang mendorongnya, seperti persoalan faktor ekonomi.

(Tribunnews.com/Tio)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas