Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dulu Jadi Kebanggan, Kondisi Rumah Cendana Setelah Soeharto Meninggal, Sepi dan Terbengkelai

Rumah Cendana yang dulu menjadi kebanggan saat mendiang Soeharto masih hidup kini terlihat sepi dan terbengkalai.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Dulu Jadi Kebanggan, Kondisi Rumah Cendana Setelah Soeharto Meninggal, Sepi dan Terbengkelai
capture video
Begini Kondisi Rumah Cendana Soeharto 

TRIBUNNEWS.COM- Beginilah penampakan terkini Rumah Cendana pasca wafatnya Presiden Soeharto.

Rumah Cendana yang dulu menjadi kebanggan saat mendiang Soeharto masih hidup kini terlihat sepi dan terbengkalai.

Penampakan Rumah Cendana Pasca Soeharto Wafat, Sepi, Terbengkalai & Tak Ada yang Mau Tinggal di Sana
Penampakan Rumah Cendana Pasca Soeharto Wafat, Sepi, Terbengkalai & Tak Ada yang Mau Tinggal di Sana (kolase Kompas)

Rumah Cendana yang dulu ditinggali oleh Soeharto dan keluarganya tersebut memiliki kesan militer yang begitu kuat.

Rumah Cendana sendiri berlokasi di Jalan Cendana nomor 6-8, Menteng, Jakarta Pusat.

Kini, rumah besejarah tersebut nampak sepi tak berpenghuni bak rumah kosong.

Rumah Cendana sendiri memiliki cat berwarna hijau khas militer yang menghiasi sebagian dinding.

Tak hanya warna cat, desain arsitektur Rumah Cendana sendiri juga kental akan nuansa militer.

BERITA REKOMENDASI

Yang beda hanya bagian pagar depan rumah sepanjang lebih 20 meter. Bagian pembatas depan rumah sang jenderal dengan jalan hanya teralis besi setinggi 1,5 meter dengan cat kuning.

Kondisi Rumah Cendana setelah kepergian Presiden Soeharto
Kondisi Rumah Cendana setelah kepergian Presiden Soeharto (Intisari-online.com/ Ade Sulaeman)

Sebelumnya, cat pagar rumah milik Presiden Republik Indonesia Ke-2 itu berwarna putih.

Berjalan sekitar 10 meter dari pintu masuk utama, berdiri kokoh sebuah pos penjagaan yang juga didominasi warna cat hijau militer.

Bentuk pos tersebut pun tidak beda dengan pos penjagaan di markas-markas militer.

Empat tiang setinggi sekira 2,5 meter berdiri kokoh menopang keempat sisi atap pos penjagaan tersebut.


Sebuah meja panjang setinggi 1 meter di pos menjadi tempat bagi sang petugas berjaga.

Enam mobil terparkir di halaman aspal depan rumah. Sedan swift, dua unit Kijang 1800 cc, Innova, minibus SUV Escudo dan All New Xenia berplat nomor B 805 EVE terparkir membentuk siku.

Tampak depan Rumah Cendana yang ditinggali Presiden Soeharto
Tampak depan Rumah Cendana yang ditinggali Presiden Soeharto (Tribunnews)
d
Tampak depan Rumah Cendana yang ditinggali Presiden Soeharto (Tribunnews)

Dua pohon Beringin nan rindang yang menjadi saksi bisu perjalanan hidup sang pemilik rumah masih berdiri kokoh di taman kecil depan rumah.

Sementara itu, bagian atap rumah berbahan genteng. Namun, warna oranye bagian atap sang jenderal terlihat kusam dan berlumut.

Tak banyak detail yang bisa dilihat dari depan rumah. Hanya ada kandang burung bercat putih selebar sekitar 1 meter berdiri di sudut kanan depan rumah.

Cat putih yang menempel di rangka kandang itu pun terlihat memudar.

Melongok ke bagian atap rumah bagian belakang terdapat bangunan dengan dua lantai dengan arsitek bangunan dan warna dinding yang sama.

Ruang kerja di Rumah Cendana Presiden Soeharto
Ruang kerja di Rumah Cendana Presiden Soeharto (Grid.ID)

Jalur mobil selebar 3 meter terhampar mulai pos jaga hingga depan lobi utama rumah. Dua daun pintu berbahan kayu cokelat muda dengan posisi terbuka di depan lobi rumah seolah siap menyambut para tamu.

Namun, sore itu tak ada seorang tamu yang datang ke dalam rumah tersebut.

Gelap, sepi nan tenang. Begitulah kesan pertama muncul saat kaki menginjak halaman rumah tersebut.

Kini, rumah Cendana yang pernah menjadi pusat pengambil kebijakan semasa Soeharto berkuasa itu tak berpenghuni pasca-Soeharto wafat pada 27 Januari 2008.

Tak seorang dari enam anak mendiang Soeharto yang menghuni rumah bersejarah itu.

Perjuangan Presiden Soeharto untuk Bertahan Hidup Pernah Jadi Tukang Selokan

Soeharto yang sangat mengagumi pakliknya, Prawirohardjo, paling jago menanam bawang bombai dan bawang putih.

Setelah lulus SD, Soeharto meneruskan ke Schakel School, sebuah sekolah menengah pertama di Wonogiri.

Karena jaraknya jauh dari rumah buliknya, dia pun harus pindah.

Demi bisa terus sekolah, Soeharto rela menumpang tinggal di rumah kakak Sulardi, sahabatnya, di Selogiri.

Soeharto dan Sulardi dapet jatah sekamar berdua.

Kisah Perempuan Pertama yang Mendarat ke Papua, Nekat Temui Soeharto, Dihujani Peluru & Dapat Emas
Kisah Perempuan Pertama yang Mendarat ke Papua, Nekat Temui Soeharto, Dihujani Peluru & Dapat Emas (Suryamalang.com/kolase WartaKota/TribunJogja)

Cuma, belum lama tinggal di sana, kakak Sulardi cerai dengan suaminya.

Terpaksalah Soeharto mencari tempat "numpang tidur" yang baru.

Oleh bapaknya, Soeharto dititipkan pada sahabatnya, Hardjowijono.

Seorang pensiunan yang enggak dikarunia anak, yang tinggal di Wonogiri.

Tahun 1939, Soeharto menamatkan sekolah menengah pertamanya.

Menjelang ujian kelulusannya, gelombang protes bangsa Indonesia terhadap penjajahan pemerintah kolonial Belanda mulai kencang.

Tapi, Soeharto enggak peduli lantaran sedang berkonsentrasi penuh pada ujian kelulusannya.

Setelah tamat, Soeharto memutuskan kembali ke Wuryantoro, tempat buliknya.

Soeharto kembali ke sana karena bapaknya enggak mampu membiayainya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Makanya, Soeharto berniat minta tolong dicarikan pekerjaan oleh pakliknya.

Dapat! Soeharto kerja sebagai juru tulis di sebuah bank desa.

Seragam kerjanya: blangkon, beskap, dan sarung.

Gara-gara seragam kerjanya inilah Soeharto ketiban apes!

Ceritanya, sarung yang dipakenya tiap hari udah lusuh.

Terus, ia dipinjami oleh buliknya sarung kesayangannya.

Eh, sarung sarung itu ternyata enggak sengaja nyangkut di jari-jari sepeda yang sedang ia tunggangi.

Peristiwa tadi mengakhiri kariernya sebagai juru tulis bank desa.

Menganggur, Soeharto mencoba peruntungan ke Solo.

Sebab, seorang teman menginformasi bahwa Angkatan Laut Belanda sedang mencari juru masak.

Tapi, ternyata begitu sampai di Solo lowongan yang dimaksud enggak ada.

Dengan kecewa, Soeharto kembali ke Wuryantoro.

Dia bekerja serabutan (dari ikut membangun langgar sampai membersihkan selokan air), supaya bisa menyambung hidup.

Enggak lama Soeharto mendengar informasi lowongan kerja lagi!

Kali ini lowongan bergabung dengan Angkatan Perang Belanda (KNIL).

Daripada enggak ada pekerjaan tetap, tanggal 1 Juni 1940 Soeharto mantap mendaftar sebagai prajurit.

Soeharto mendapat pelatihan kemiliteran yang superkeras.

Tiap hari dari Subuh sampai larut malam, dia enggak henti-hentinya digembleng fisik dan mental.

Toh, Soeharto enggak merasa tertekan.

Kehidupan masa kecilnya yang serba enggak pasti justru membuatnya kepincut dengan disiplin keras dan keteraturan yang diajarkan di sana.

Makanya, Soeharto sukses lulus sebagai kadet terbaik di angkatannya!

Selesai pelatihan, Soeharto dikirim ke Batalyon XIII di Rampal, Malang.

Kolase Foto Soeharto
Kolase Foto Soeharto (Grid.ID)

Pada 2 Desember 1940 dia diberi gelar kopral.

Kemudian dia dikirim ke Gombong buat menjalani latihan lanjutan.

Dan, begitu lulus dinaikkan pangkatnya jadi sersan.

Baru saja menyandang gelar sersan, tahu-tahu Jepang udah merapat ke Indonesia.

Jepang menyerang Belanda untuk merebut Indonesia.

Belanda kalah, karier Soeharto sebagai prajurit ikut terhenti.

Dia lalu memutuskan pergi ke Yogya, mencari pekerjaan baru.

Di Yogya, awalnya Soeharto belajar mengetik supaya punya bekal mencari kerja lain.

Cuma, enggak lama dia jatuh sakit.

Saat dia sedang memulihkan kesehatannya, dia membaca pengumuman kalo satuan polisi Jepang, Keibuho, membuka lowongan.

Langsung Soeharto mendaftar!

Diterima di Keibuho, karir Soeharto cepat melesat.

Performanya yang bagus tercium ke mana-mana.

PETA (Pembela Tanah Air, sebuah kekuatan sosial yang didirikan oleh putra-putri negeri untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, RED.) membujuk Soeharto bergabung.

Terdorong rasa patriotisme yang besar, Soeharto setuju dan mulai melakukan "dualisme": tetap jadi anggota Keibuho, namun diam-diam ikut PETA.

Nah, dari PETA inilah karier militer dan politik Soeharto di Indonesia bergulir.

Sampe klimaksnya, dia bisa jadi Presiden ke-2 Rl dan berkuasa selama 32 tahun.

Artikel ini telah tayang di suryamalang.com dengan judul Penampakan Rumah Cendana Pasca Soeharto Wafat, Sepi, Terbengkalai & Tak Ada yang Mau Tinggal di Sana

Sumber: Surya Malang
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas