Agung Laksono : Nilai-Nilai KeKosgoroan Sangat Relevan Jadi Spirit Kemajuan Kampus IBI-K57
Kosgoro memiliki cara sendiri dalam melakukan transformasi nilai kepada mahasiswa, terutama nilai kebangsaan dan Pancasila
Editor: Eko Sutriyanto
Berpatokan pada hal tersebut maka sebagaimana kondisi yang berkembang saat ini Kosgoro 1957 harus dikembangkan kearah sebagai wadah perjuangan dan wadah perkaderan, sumber daya manusia untuk segala macam kebutuhan masyarakat.
Dijadikan sebagai wadah untuk memelihara potensi politik berwawasan kebangsaan serta sebagai wadah untuk mendorong perekonomian, khususnya ekonomi orang banyak, rakyat maupun anggota.
"Tiga aspek ini harus menjadi kajian. Hal mana aspek yang pertama harus dilakukan dengan menyamakan pemikiran tentang perlunya perkaderan seperti yang kita lakukan dengan Orientama, yaitu Orientasi dan Tatap Muka, Penyiapan Sumber Daya Manusia tentu melalui jalur Pendidikan seperti IBI-K 57,"jelasnya.
Aspek yang kedua adalah wadah memelihara potensi politik kebangsaan diperlukan karena Kosgoro 1957 adalah bukan Parpol.
Kosgoro 1957 adalah organisasi sosial kemasyarakatan yang diatur melalui UU tentang Ormas sehingga harus mengembangkan diri sebagai pelindung.
Sebagai ormas harus ditempatkan dalam fungsi yang jelas dengan mengembangkan wawasan tersebut dari waktu ke waktu, pendorong serta penganjur maupun penggerak yang dilaksanakan oleh satuan-satuan kegiatan yang ada di organisasi termasuk didalamnya aspek yang ketiga dalam pengembangan perekonomian.
Sekretaris Yayasan Kosgoro 1957, Syamsul Bachri menandaskan bahwa Tri Dharma Kosgoro bukanlah suatu kumpulan doktrin yang berbelit-belit atau yang muluk-muluk, tetapi merupakan pengertian-pengertian yang gamblang dan sederhana.
"Tri Dharma Kosgoro mencerminkan jiwa gotong-royong yang menjadi ciri khas Bangsa Indonesia dan mencerminkan pula hasrat untuk mengembangkan jiwa gotong-royong lebih lanjut di medan pengabdiannya pada rakyat dan tanah air,"jelas mantan Pimpinan Komisi Pendidikan di DPR ini.
Syamsul mengatakan secara umum Kosgoro merupakan wadah pengabdian, dimana ditumbuhkan pemikiran-pemikiran dan karya-karya yang wajar. Pemikiran-pemikiran yang wajar ini berdasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan yang tumbuh, berkembang dan teruji dalam sejarah kehidupan Bangsa Indonesia.
"Pemikiran-pemikiran yang wajar adalah pada hakekatnya pemikiran insan yang berbudi-daya yang mengamalkan budi-dayanya dalam pergaulan antar manusia. Pergaulan antar manusia yang dituntut oleh jiwa dan pengertian gotong royong,"ucapnya.
Yang kuat, kata Syamsul, seharusnya membantu yang lemah, dan sebaliknya yang lemah patut meminta bantuan kepada yang kuat.
"Yang pintar membantu yang kurang pintar dan yang kurang pintar patut meminta bantuan dari yang pintar. Yang kaya membantu yang miskin, dan sebaliknya yang miskin patut meminta bantuan pada yang kaya. Yang kuasa melindungi yang tidak pegang kekuasaan, dan sebaliknya yang tidak kuasa patut meminta perlindungan pada yang berkuasa. Inilah salah satu Tri Dharma Kosgoro yakni Solidaritas," tuturnya.
Rektor IBI-K 57 Dr Haswan Yunaz, MM. MSI pada kesempatan itu mengatakan pendidikan pada dasarnya adalah proses rekayasa sosial untuk mentransformasikan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang terkandung dalam Pancasila, Kosgoro 1957 dan sekaligus mengakomodir nilai baru yang positif untuk kemajuan dan menciptakan peradaban umat manusia yang mulia, saling menghargai, tolong menolong untuk kebaikan dan cinta damai.
Tujuan pendirian IBI-K 57, kata Haswan sudah sejalan dengan pendidikan nasional dalam UUD 1945, pasal 31, ayat 3 yang menyebutkan : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang salah meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.