Cuaca Ekstrim, Komisi X Minta Sekolah Hati-hati Bikin Kegiatan di Luar Ruang
Komisi X DPR RI meminta kepada guru-guru di sekolah mengurangi kegiatan di luar ruang sekolah selama masa cuaca ekstrim.
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Timbulnya korban jiwa dalam kegiatan susur siswa SMP Negeri I Turi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memicu keprihatinan banyak kalangan.
Komisi X DPR pun meminta sekolah berhati-hati sebelum memutuskan kegiatan luar ruang ruang mengingat tingginya ancaman bencana hidrometeorologi dalam beberapa bulan terakhir.
“Berdasarkan prediksi BMKG bulan-bulan ini ancaman bencana hidrometeorologi seperti banjir bandang, longsor,banjir hingga angin kencang akan meningkat. Manajemen sekolah harusnya benar-benar mempertimbangkan segala risiko yang akan dihadapi sebelum memutuskan mengadakan kegiatan luar ruang,” ujar Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda, Sabtu (22/2/2020).
Huda mengatakan BMKG dari awal telah memberikan peringatan akan tingginya potensi bencana hidrometeorologi akibat adanya cuaca esktrim.
Bahkan BMKG Yogyakarta juga telah mengeluarkan peringatan tingginya potensi hujang yang bisa mengakibatkan banjar bandang, tanah longsor, hingga angin kencang.
Harusnya peringatan ini diperhatikan oleh semua kalangan terutama penyelenggara Pendidikan dalam menyusun program kegiatan sehingga tidak membahayakan peserta didik.
“Kita selama ini sering mengabaikan peringatan-peringatan dari BMKG tentang potensi bencana. Padahal itu bisa menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun kegiatan dan perjalanan,” katanya.
Politikus PKB ini meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) aktif memberikan peringatan bagi sekolah yang hendak menyelenggarakan kegiatan luar ruang dalam musim penghujan ini.
Peringatan tersebut bisa menjadi patokan bagi sekolah jika tetap mengadakan kegiatan luar ruang.
“Kalau perlu Kemendikbud bisa memberikan alternative kegiatan bagi sekolah sehingga tidak perlu mengadakan kegiatan luar ruang untuk sementara waktu hingga kondisi cuaca benar-benar stabil,” ujarnya.
Hingga Sabtu (22/2) pukul 11.00 sebanyak Sembilan siswa ditemukan meninggal dunia dan satu lainnya hilang setelah mengikuti kegiatan susur sungai yang diselenggarakan SMP Negeri I Turi Sleman DIY.
Korban terseret arus besar yang tiba-tiba datang saat kegiatan susur sungai berlangsung.
Selain korban tewas dan hilang sebanyak 23 siswa mengalami luka-luka, sedangkan 216 siswa lainnya selamat.
Hingga saat ini tim penyelamat dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Basarnas, maupun unsur masyarakat terus melakukan pencarian siswa yang masih belum ditemukan.