Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bahas Tes Psikologi untuk SIM, Koordinator Jarak Aman: Jangan Berpikir Soal Ujian Dipersulit

Koordinator Jarak Aman Edo Rusyanto imbau masyarakat untuk belajar dan tak tuduh polisi persulit soal ujian SIM.

Penulis: Ifa Nabila
Editor: bunga pradipta p
zoom-in Bahas Tes Psikologi untuk SIM, Koordinator Jarak Aman: Jangan Berpikir Soal Ujian Dipersulit
Tribunnews/JEPRIMA
Anggota kepolisian saat menunjukkan surat izin mengemudi (SIM) online dan Smart SIM di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (22/9/2019). Korlantas Polri resmi meluncurkan SIM online dan Smart SIM guna mempermudah layanan dalam membuat SIM dengan dilengkapi terobosan teknologi di dalamnya. Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNNEWS.COM - Tes psikologi untuk pemohon Surat Izin Mengemudi (SIM) direncanakan sejak akhir tahun 2019 dan bahkan sudah dilaksanakan di beberapa daerah di Indonesia.

Dengan adanya tes psikologi untuk pemohon SIM ini diharapkan para pengendara kendaraan bermotor bisa lebih berhati-hati dalam berkendara dan mengurangi angka kecelakaan.

Koordinator Jaringan Aksi Keselamatan Jalan (Jarak Aman) Edo Rusyanto menyebut dengan adanya beberapa ujian untuk bisa mendapatkan SIM, masyarakat bisa lebih menyadari pentingnya belajar berkendara dengan benar.

Edo menyebut ada sebagian masyarakat yang menuduh pihak kepolisian mempersulit soal ujian sehingga mereka tak kunjung lolos untuk mendapatkan SIM.

Dilansir Tribunnews.com, hal ini disampaikan Edo dalam METRO PAGI PRIMETIME unggahan YouTube metrotvnews, Senin (9/3/2020).

Edo berharap masyarakat tidak hanya memandang SIM sebagai kewajiban namun juga kebutuhan.

Baca: Bahas Tes Psikologi untuk SIM, Koordinator Jarak Aman Singgung Candaan Jangan-jangan SIM Nembak

"Temuan kami di lapangan kan masyarakat melihat SIM sebagai kewajiban," kata Edo.

Berita Rekomendasi

"Nah ini yang mau kita coba geser, itu tidak hanya kewajiban, harusnya Surat Izin Mengemudi itu ya kebutuhan kita sebagai jaminan kita turun ke jalan raya memiliki perilaku bertanggungjawab, mampu mengendalikan diri, menanjaga konsentrasi," tuturnya.

Bagi Edo, harusnya proses permohonan SIM itu memang satu paket berisi tes kesehatan rohani dan jasmani (psikologi) hingga tes praktik dan teori.

Dengan demikian, masyarakat bisa lebih serius untuk memenuhi persyarakat kepemilikan SIM dan tidak asal membayar.

"Kalau dia jadi kebutuhan, dia akan meng-upgrade terus, dengan membaca, belajar, melihat jangan sampai ada anekdot 'Enggak pernah belajar tahu-tahu ujian'," kata Edo.

Edo menilai sebagian masyarakat tidak menyadari pentingnya pengetahuan berkendara sehingga menyalahkan pihak lain.

"Sehingga yang muncul di masyarakat, maaf, ada yang menilai 'Soalnya disusah-susahin', padahal belum tentu seperti itu," kata Edo.

"Makanya kalau SIM dipandang sebagai kebutuhan, saya yakin para pengguna jalan, khususnya pengendara, dia mau upgrade," tambahnya.

Seorang warga saat menunjukkan surat izin mengemudi (SIM) online baru dan lama miliknya di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (22/9/2019). Korlantas Polri resmi meluncurkan SIM online dan Smart SIM guna mempermudah layanan dalam membuat SIM dengan dilengkapi terobosan teknologi di dalamnya. Tribunnews/Jeprima
Seorang warga saat menunjukkan surat izin mengemudi (SIM) online baru dan lama miliknya di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (22/9/2019). Korlantas Polri resmi meluncurkan SIM online dan Smart SIM guna mempermudah layanan dalam membuat SIM dengan dilengkapi terobosan teknologi di dalamnya. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/JEPRIMA)

Baca: Ini Panduan Cara Isi Data di sensus.bps.go.id, Sensus Penduduk 2020 Online, Terakhir 31 Maret 2020

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas