Sejarawan: Keris yang Dikembalikan Belanda Tak Termasuk Pusaka Utama Pangeran Diponegoro
Namun keris yang dikembalikan Raja Belanda itu bukanlah senjata atau keris pusaka Pangeran Diponegoro.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Raja Belanda, Willem Alexander menyerahkan sebilah keris peninggalan Pangeran Diponegoro ke Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), pada beberapa waktu lalu.
Namun keris yang dikembalikan Raja Belanda itu bukanlah senjata atau keris pusaka Pangeran Diponegoro.
Keris itu adalah keris biasa yang dipakai Diponegoro dalam berperang.
Hal itu disampaikan Sejarawan Inggris Peter Carey, yang meneliti Diponegoro lebih dari 30 tahun, saat live di akun instagram Historia, Kamis (16/4/2020).
Peter Carey menulis sejumlah karya diantaranya, Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro (1785-1855), versi singkat dari Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama Jawa, 1785-1855 (tiga jilid setebal 1.456 halaman).
Baca: Mengenal Lebih Dekat Keris Peninggalan Pangeran Diponegoro, dari Makna Filosofis hingga Simbolis
Keris yang dikenal dengan nama Keris Naga Siluman bukan salah satu pusaka utama sang pangeran.
"Menurut saya itu bukan keris pusaka milik Diponegoro," ujar Peter.
Karena dia menjelaskan, keris pusaka Diponegoro keris Kiai Bondoyudo, penguasa semua roh, dikubur bersamanya.
Keris Kiai Bondoyudo dikubur bersama Diponegoro di Makassar, pada 8 Januari 1855 lalu.
Diponegoro membawa keris pusakanya itu ke pengasingan di Manado kemudian Makassar.
Keris itu pun tidak termasuk dalam daftar keris dan tombak pusaka yang dibagi-bagikan Diponegoro kepada anak-anaknya setelah dirinya ditangkap.
Jenderal Hendrik Merkus de Kock pun tak pernah menuliskannya dalam laporan rinci pertemuannya dengan sang pangeran pada Maret 1830.
Baca: Keberadaan Keris Milik Pangeran Diponegoro Menurut Peter Carey
Hadiah untuk Kolonel Cleerens
Menurut Peter, keris yang dikembalikan Raja Belanda itu adalah keris hadiah dari Pangeran Diponegoro kepada utusan Jenderal Hendrik Merkus de Kock, Kolonel Jan-Baptist Cleerens.
"Itu satu keris yang diberi Diponegoro kepada Cleerens, sebagai tanda persahabatan," jelasnya.
"Selain ini sebagai tanda kesepakatan diantara mereka, yakni Diponegoro akan bertemu Jenderal de Kock di Magelang, pada Maret 1830," paparnya.
Dia menduga, keris itu dihadiahkan kepada Cleerens yang membuka angin akan adanya perjanjian damai antara Belanda.
Pangeran Diponegoro yakin akan terjadi perundingan damai dan Belanda punya iktikad baik.
Tapi itu di kemudian hari tidak terjadi. Diponegoro malah ditangkap dan dibuang ke Sulawesi.
"Jadi menurut saya itu bukan keris yang diambil de Kock saat itu. Tapi keris itu diberikan dari Diponegoro kepada Cleerens," ujarnya.
Baca: Keris Pangeran Diponegoro Kembali, Ini Cerita Sejarawan UGM yang Ikut Memverifikasi
Itu diperkuat, sesaat Diponegoro ditangkap Belanda1830, keris itu ditunjukkan Cleerens kepada Sentot Alibasah Abdulmustopo Prawirodirdjo, panglima perang Pangeran Diponegoro.
"Waktu itu keris itu ditunjukkan kepada Sentot, saat sedang di Bantulan. Dan dia (Sentot-red) melihat keris itu
"Saat itu Sentot liat hanya sedikit ditabur emas pada sisi gambar naga," jelasnya
"Jadi dengan dua bukti itu membuktikan keris itu memang kepunyaan Diponegoro. Tapi bukan pusaka agung atau yang sangat langka. Tapi ini mungkin sebagai satu simbol pertemanan sekaligus pengkhianatan."
"Dan pengkhianatan itu dimuculkan oleh Raden Saleh dalam lukisannya tersohor tentang penangkapan Diponegoro di Magelang. Karena Cleerens dimunculkan di tengah-tengah gambar. Meskipun faktanya saat itu Cleerens tidak muncul pada Minggu 28 Maret 1830, saat Diponegoro ditangkap di Magelang," jelasnya.
Menurut Peter, Pangeran Diponegoro memiliki sejumlah senjata berupa keris dan tombak.
Peter Carey mendata pusaka tersebut dalam biografi Pangeran Diponegoro, Kuasa Ramalan bagian apendiks XI.
Sebagian besar pusakanya diberikan kepada putra dan putrinya.
Selain keris Kiai Naga Siluman, sang pangeran Diponegoro punya keris Kiai Bromo Kedali, keris Kiai Blabar, keris Kiai Wreso Gemilar, dan keris Kiai Hatim.
Keris yang turut dikubur bersama jasad Diponegoro adalah Kiai Ageng Bondoyudo.(*)
Sebelumnya, pemerintah Belanda secara simbolis mengembalikan keris milik Pangeran Diponegoro dalam kunjungan kenegaraan Raja Belanda Willem Alexander serta Ratu Maxima ke Indonesia, Selasa (10/3/2020).
Keris diserahkan secara langsung kepada Presiden Joko Widodo ketika Raja dan Ratu Belanda mengunjungi Istana Bogor, Jawa Barat.
Baca: Keris Pangeran Diponegoro yang Dikembalikan Raja Belanda Itu Bernama Kyai Kanjeng Naga Siluman
Keris Diponegoro yang dikabarkan sempat hilang akhirnya ditemukan di Museum Volkenkunde di Leiden, Belanda.
Melalui penelitian panjang dan mendalam, tim verifikasi Belanda dan Indonesia memastikan keaslian keris tersebut.
Menurut sejarah, keris didapatkan pemerintah Belanda setelah menangkap Pangeran Diponegoro usai perang besar pada 1825-1830.
Kolonel Jan-Baptist Cleerens kemudian memberikan keris tersebut sebagai hadiah kepada Raja Willem I pada 1831.
Setelah pengembalian keris itu, beberapa pihak sempat meragukan keaslian dari keris yang dikembalikan oleh Belanda tersebut.(*)