Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Peringati Hari Kartini 21 April, Aktivis Perempuan Berharap Bukan Hanya Ceremonial Semata

Aktivis perlindungan perempuan asal Kota Solo, Fitri Haryani, mengingatkan peringatan Hari Kartini tidak sebatas ceremonial semata.

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Peringati Hari Kartini 21 April, Aktivis Perempuan Berharap Bukan Hanya Ceremonial Semata
https://www.instagram.com/trinurulilmi_/
Foto RA Kartini di Museum RA Kartini, Kabupaten Jepara - Aktivis perlindungan perempuan asal Kota Solo, Fitri Haryani, mengingatkan peringatan Hari Kartini tidak sebatas ceremonial semata. 

TRIBUNNEWS.COM -  Aktivis perlindungan perempuan asal Kota Solo, Fitri Haryani, mengingatkan momentum Hari Kartini tidak hanya sebatas ceremonial semata.

Namun menurutnya, peringatan yang jatuh pada 21 April setiap tahunnya ini memiliki makna lebih dari hanya sekedar ceremonial.

"Mari jangan jadikan peringatan hari Kartini sebagai ceremonial penghargaan jasa pahlawan."

"Melainkan kita hargai jasa diri sendiri dan sesama perempuan selama ini sebagai wujud penerus perjuangan RA Kartini," ujar Fitri kepada Tribunnews, Senin (20/4/2020).

Bagi Fitri, sosok Kartini merupakan tokoh yang sangat lekat dengan perjuangan hak-hak perempuan dari dulu hingga saat ini.

Utamanya dalam hal sejarah perjuangan panjang untuk memerangi kekerasan terhadap perempuan, telah dimulai RA Kartini.

Perjuangan tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki.

Baca: Tiara Idol Akui Bisa Seperti Sekarang karena Perjuangan Kartini

BERITA TERKAIT

"RA Kartini memulainya dengan mendirikan sekolah bagi perempuan, tidak mau dinikahkan pada usia muda."

"Emansipasi tersebut masih perlu kita teruskan karena masih banyak kekerasan terhadap perempuan baik di rumah maupun ranah publik."

"Kekerasan seksual masih menghantui di mana saja keberadaan perempuan baik dimensi nyata maupun dimensi maya," urai Fitri.

Fitri mengatakan peringatan Hari Kartini 21 April juga sebagai momentum untuk mengingatkan keberadaan Undang-undang Penghapusan Kekerasan Seksual.

"Mari bersama kita lawan kekerasan terhadap perempuan khususnya seksual terhadap perempuan dan anak," ujar perempuan yang juga sebagai Manajer Divisi Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Berbasis Masyarakat (PPKBM) Yayasan Solidaritas Perempuan untuk Kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia (SPEK-HAM) Solo ini.

Terakhir Fitri mengatakan, perjuangan RA Kartini pada masa itu dan sekarang tidaklah berbeda.

"Kalau sekarang kan sudah ada keterbukaan sudah sedikit ada perubahan, perempuan yang dulu hanya sebatas boleh beraktivitas pada urusan domestik."

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas