Denyut RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet (1): Pasien Lama Enggan Seruangan dengan yang Baru
Saking penuhnya antrean di dalam tenda besar, orang yang menunggu giliran rapid test harus berada di luar terpapar panas di RS Darurat Wisma Atlet.
Editor: Choirul Arifin
Saat itu ada tiga orang yang sedang diperiksa.
Dokter kemudian mengharuskan para pasien dalam pemantauan (PDP) untuk isolasi diri. Ada yang diperbolehkan isolasi mandiri, tapi ada juga yang harus menginap di Wisma Atlet.
Di UGD, sekira pukul 13.00 sudah ada tiga pasien yang tengah diperiksa. Sebelum naik ke ruang isolasi di lantai tujuh, para PDP dicek darah, rekam detak jantung, tensi, dan paru-paru.
Tak ada gantungan
Untuk mendapat ruang karantina di lantai 27 ternyata susah-susah gampang.
Ada seorang PDP baru yang rencananya ditempatkan di ruangan nomor 25, tapi pasien lama di ruang itu menolak kehadiran orang baru, alasannya takut terinfeksi.
Kalau petugas medis memaksakan, PDP lama mengancam memilih keluar kamar.
Petugas medis sempat bingung, lalu mencarikan ruangan lain. PDP baru akhirnya bisa menempati ruangan 14, yang sudah diisi dua PDP.
Ruangan isolasi itu cukup luas. Ada ruang tamu, kamar tidur dua, dan kamar mandi. Kamar tidur itu yang satu untuk dua orang berukuran 3 x 4 meter, ada dua tempat tidur, satu meja kecil, dan satu lemari besar.
Kemudian satu kamar lagi hanya berisi satu tempat tidur. Di ruang tamu ada sofa dan meja panjang. Sedang kamar mandi cukup luas. Sayang di kamar yang luas itu tak ada tempat penggantungan pakaian. Paku menancap pun tak ada.
Menjelang buka, petugas medis datang membawa dus makanan untuk buka. Isinya daging sapi, ayam, rebus kedelai, rebus toge, dan pisang. Sedangkan untuk takjil sudah tersedia di dekat ruang perawat.
Beberapa menit setelah selesai buka puasa, seorang perawat masuk ke ruangan untuk memeriksa tensi. Kemudian ia mengabarkan ke PDP baru, esok hari akan dilakukan SWAB, pemeriksaan lendir di tenggorokan.
Baca: Jasa Travel Gelap Jaring Calon Pemudik Lewat Facebook, Tarifnya Rp 500 Ribu Sampai Tujuan
Petugas medis itu mengaku sudah sebulan tidak bertemu keluarga.
Ketika lepas dinas dia menempati kamar sebuah hotel yang disediakan pemerintah. Ia juga mengaku tak tahu sampai kapan ia bertugas di Wisma Atlet.
Baca: Mbak Tutut: Ibu Tien Soeharto Meninggal Bukan Karena Tertembak