May Day Terkelam, Dua Juta Lebih Pekerja Kena PHK, Bahkan Ada yang Tak Dapat Pesangon
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan per 20 April 2020 tercatat sebanyak 84.926 perusahaan telah merumahkan para pekerjanya.
Editor: Dewi Agustina
"Ruang gerak yang terbatas hendaknya tidak menjadi hambatan bagi kita untuk tetap melakukan dialog silaturahmi dan kegiatan-kegiatan positif," kata Ida.
Ketua Umum Federasi Serikat Pekerja (FSP) BUMN Bersatu Arief Poyuono mengatakan Hari Buruh Sedunia atau May Day tahun 2020 adalah May Day terkelam.
Baca: Menu Berbuka Puasa Akhir Pekan: Resep Tempe Goreng Tepung Bawang Iris
"Ini merupakan May Day yang kelam bagi keberlangsungan hidup para kaum buruh," ujar Arief.
Kelamnya May Day kali ini, kata dia, tak terlepas dari adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di seluruh dunia akibat pandemi virus corona atau Covid-19.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra tersebut mengatakan PHK yang terjadi di tahun 2020 merupakan yang terbesar sepanjang sejarah mengalahkan the great depression pada tahun 1932.
"Di mana akibat dampak pandemi virus corona, miliaran buruh formal dan informal kehilangan pekerjaan dan pendapatannya," kata dia.
Menurut Arief, May Day seharusnya menjadi ajang kegembiraan dan perjuangan para buruh untuk mengubah nasib kesejahteraannya.
Namun akibat pandemi Covid-19 yang terjadi malah lebih buruk karena para buruh kehilangan pekerjaannya.
"Mari kita jadikan Hari Buruh untuk melawan dan mencegah serta mengurangi penyebaran pandemik Covid-19. Dengan ikuti aturan pemerintah, disiplin hidup sehat dan jangan mudah terprovokasi," ujarnya.
Buruh tani dan buruh perkebunan turut merasakan dampak dari pandemi virus Covid-19.
Baca: Pelari Pembawa Obor Olimpiade Jepang Tewas Terbakar di Tokonya, Diduga Bunuh Diri
Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI), Henry Saragih menjelaskan tidak hanya buruh di perkotaan yang merasakan krisis corona tetapi juga buruh di pedesaan.
"Kita harus sadar yang terkena dampak pandemi ini tidak hanya para buruh yang bekerja di perkotaan, buruh tani dan buruh perkebunan di desa juga terkena dampaknya," ujar Henry.
Henry menyebutkan kondisi buruh tani dan buruh perkebunan di Indonesia berada dalam situasi yang belum sejahtera.
Belum lagi, daya beli buruh tani mengalami penurunan di tengah kenaikan harga kebutuhan rumah tangga akibat pandemi Covid-19.