Efektifkah Belajar dari Rumah Bagi Siswa dan Guru di Daerah Tertinggal? Ini Hasil Survei Kemendikbud
Sejak wabah covid-19 melanda di Indonesia, pelajar di tanah air tidak bersekolah dan harus belajar dari rumah. Efektifkah pola ini?
Penulis: Anita K Wardhani
Salah satu umpan balik yang didapatkan dari survei ini adalah sebanyak 20% responden siswa mengharapkan penambahan durasi tayangan pembelajaran.
Baca: Masayu Clara Sempat Ragukan Cinta Kekasih Gara-gara Emosi dan Baper Nonton Drama Korea
Baca: Hardiknas Belajar dari Covid-19 dan Strategi Kemendikbud Tegakkan KBM
"Kami akan berkoordinasi dengan TVRI terkait kemungkinan penambahan jam tayang. Terutama materi pembelajaran kemampuan kecakapan hidup dan vokasi. Mungkin bisa menambah durasi tayangan minimal 45 menit per segmennya," tutur Evy.
Kemudian untuk mengakomodir harapan masyarakat mengenai perbaikan teknis siaran seperti perbaikan sinyal siaran dan perluasan akses program BDR, Kemendikbud juga tengah berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait kemungkinan relai program dengan stasiun televisi lokal.
"Kami juga sedang mengkaji metode pembelajaran luar jaringan atau offline lainnya bagi masyarakat 3T yang tidak memiliki televisi. Misalnya menggunakan radio, buku, maupun relawan," ungkap Evy Mulyani.
Dijelaskan Evy, data untuk kelompok responden guru di daerah 3T didapatkan dari survei SMS dan daring.
Sedangkan untuk kelompok responden guru di daerah non-3T, siswa, dan orang tua diperoleh dengan menggunakan metode daring.
Jumlah responden untuk survei daring sebanyak 1.198 guru, 1.736 siswa, dan 1.373 orang tua.
"Karena keterbatasannya, kedua survei ini tidak dapat merepresentasikan gambaran nasional secara proporsional untuk masing-masing kelompok responden. Survei dilakukan dalam kurun periode 20 - 23 April 2020," pungkas Evy Mulyani.