Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hanya Tinggal Tunggu Waktu Setelah Hanafi Rais Mundur, Inikah Partai Baru yang Disiapkan Amien Rais?

Sejumlah pengamat menilai munculnya partai baru pecahan dari Partai Amanat Nasional (PAN) hanya permasalahan waktu saja.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Hanya Tinggal Tunggu Waktu Setelah Hanafi Rais Mundur, Inikah Partai Baru yang Disiapkan Amien Rais?
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Amien Rais. 

Hanafi Rais, Putra sulung Amien Rais, menyatakan mundur dari kepengurusan Partai Amanat Nasional (PAN).

Mundurnya Hanafi Rais turut mendapat komentar dari adiknya sendiri, Mumtaz Rais.

Mumtaz Rais menghormati keputusan sang kakak yang mundur karena sudah dipikirkan dengan matang.

Namun, ia menyoroti sikap tidak ada kedewasaan berpolitik yang dicerminkan oleh sang kakak.

Baca: Ketua DPP PAN: Zulkifli Hasan Sering Puji Hanafi Rais Sebagai Kader yang Baik

Baca: Ketua DPP PAN Harap Hanafi Rais Tak Hengkang dari Partai

"Kami institusi PAN menghormati keputusan beliau yang mundur, karena tentu sudah dipikirkan dengan baik. Akan tetapi, sebagai rekan berpartai sungguh kami sangat menyayangkan keputusan tersebut karena kedewasaan dalam berpolitik tidak ditunjukkan oleh Saudaraku Hanafi Rais," kata Mumtaz melalui keterangan yang didapat wartawan, Rabu (6/5/2020).

Baca: Ketua DPP PAN: Zulkifli Hasan Sering Puji Hanafi Rais Sebagai Kader yang Baik

Mumtaz yang merupakan putra ketiga Amien Rais itu, mengatakan sudah sepatutnya semua pihak termasuk sang kakak menerima keputusan hasil Kongres PAN V.

Wakil Ketua Umum PAN Hanafi Rais di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (19/7/2019).
Wakil Ketua Umum PAN Hanafi Rais di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (19/7/2019). (Tribunnews.com/ Taufik Ismail)

Dalam kongres tersebut, Zulkifli Hasan kembali ditetapkan sebagai ketua umum partai berlogo matahari terbit itu.

Baca: Ketua DPP PAN Harap Hanafi Rais Tak Hengkang dari Partai

Berita Rekomendasi

"Sudah seharusnya kita semua dapat arif dan bijaksana menyikapi kontestasi politik, khususnya terkait hasil Kongres PAN V 2020 di Kendari yang telah dimenangkan oleh Saudaraku Zulkifli Hasan secara sah dan legitimate, bahkan dengan selisih suara yang sangat telak yakni selisih 106 suara. Itu adalah kemenangan yang mutlak," ujar Mumtaz.

Menantu Zulkifli Hasan itu juga menyinggung insiden Pandean (kediaman Amien Rais), yakni kejadian pengusiran serta penganiayaan kepada dirinya pada Februari 2020.

Kala itu, PAN baru beberapa hari menggelar kongres di Kendari.

"Saya juga ingin menggarisbawahi, bahwa sikap ‘baper politik’ yang dipertontonkan oleh Hanafi Rais serta adik-adiknya yakni Hanum Rais dan Tasniem Rais, tidak akan berpengaruh sama sekali kepada saya Mumtaz Rais, sebab memang jalan yang diambil sudah berbeda sejak insiden Pandean, yakni kejadian pengusiran serta penganiayaan kepada saya pada Februari 2020 (disebabkan karena perbedaan pilihan politik di Kongres PAN)," ucapnya.

Berikut pernyataan lengkap Mumtaz Rais terkait pengunduran diri Hanafi Rais:

Untuk menyikapi perkembangan berita mengenai mundurnya Hanafi Rais sebagai anggota DPR dan mundurnya beliau dari kepengurusan PAN maka akan ada 3 kemungkinan. (Karena terus terang saya juga baru mengetahui info Hanafi Rais mundur juga dari berita yang dikirim melalui grup-grup WA).

Yang pertama. Kami institusi PAN menghormati keputusan beliau yang mundur, karena tentu sudah dipikirkan dengan baik. Akan tetapi, sebagai rekan berpartai sungguh kami sangat menyayangkan keputusan tersebut karena kedewasaan dalam berpolitik tidak ditunjukkan oleh Saudaraku Hanafi Rais.

Sudah seharusnya kita semua dapat arif dan bijaksana menyikapi kontestasi politik, khususnya terkait hasil Kongres PAN V 2020 di Kendari yang telah dimenangkan oleh Saudaraku Zulkifli Hasan secara sah dan legitimate, bahkan dengan selisih suara yang sangat telak yakni selisih 106 suara. Itu adalah kemenangan yang mutlak!

Apalagi dalam masa pandemi COVID-19 ini dimana rakyat Indonesia sedang mengalami kewalahan dan kesulitan, alangkah sungguh egois apabila kita masih memikirkan kepentingan pribadi atau golongan tertentu di atas kepentingan rakyat dan bangsa.

Kita melihat dalam Rakernas I PAN yang dilaksanakan pada hari ini tgl 5 Mei 2020 (yang baru saja mendapatkan penghargaan dari MURI), bagaimana seluruh tokoh PAN dapat bersatu dan berupaya memberikan kontribusi terbaik untuk negara. Ada Saudaraku Hatta Rajasa, Soetrisno Bachir, Drajad Wibowo, Asman Abnur dll, yang mengesampingkan perbedaan untuk bersama-sama memajukan partai yang kita cintai ini. Belum lagi DPW dan DPD PAN seluruh Indonesia yang turut serta memberikan bantuan kepada konstituen di daerah masing-masing.

Saya juga ingin menggarisbawahi, bahwa sikap ‘baper politik’ yang dipertontonkan oleh Hanafi Rais serta adik-adiknya yakni Hanum Rais dan Tasniem Rais, tidak akan berpengaruh sama sekali kepada saya Mumtaz Rais, sebab memang jalan yang diambil sudah berbeda sejak insiden Pandean, yakni kejadian pengusiran serta penganiayaan kepada saya pada Februari 2020 (disebabkan karena perbedaan pilihan politik di Kongres PAN).

Saya memang masih cukup muda dalam berpolitik, namun saya paham tata krama. Saya tidak menganut mental mutungan, cengeng, dan melodramatik dalam berjuang untuk kebaikan. Kami optimis, “mati satu tumbuh seribu”. InsyaAllah, kedepan akan lebih banyak bermunculan kader PAN yang lebih gahar dan potensial.

Yang kedua, mundurnya Hanafi ini bisa jadi juga adalah bentuk strategi untuk ancang-ancang menghadapi kontestasi Pilkada. Sebagaimana yang kita ketahui Hanafi sudah menjadi anggota Legislatif, maka ada kemungkinan ingin menjajal peruntungannya di jalur Eksekutif dengan menjadi Kepala Daerah, supaya bisa melayani rakyat secara langsung. Menjadi kepala daerah adalah cita-cita yang baik dan sah-sah saja, kami DPP PAN siap mendukung sepenuhnya jika itu adalah pilihan politik yang terbaik‎ (Karena isu yang bergulir dari kawan-kawan di Jogja adalah seperti itu, antara Hanafi mau menuju Sleman 1 atau Gunkid 1).

Yang ketiga, kemungkinan Hanafi mundur ini disebabkan karena Hanafi ingin lebih berkhidmat dalam menjalani hari-hari sebagai akademisi, bisa lebih mendekatkan diri dengan biduk keluarganya. Mengambil dan menyelesaikan program doktoral di luar negeri adalah sebuah keniscayaan. Wallahu A’lam Bishawab. (Tribunnews.com/Chaerul Umam/Kompas.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas