Wishnutama dan Maman Abdurrahman Ajak Generasi Z Optimis Hadapi Covid-19
Wishnutama Kusubandio mengatakan meski Indonesia sedang dalam masa pandemi Covid-19, generasi muda diajak untuk tetap optimis.
Penulis: Toni Bramantoro
Editor: Hasanudin Aco
“Kita butuh anak muda yang mampu berselancar menghadapi ombak besar, bukan justru ketakutan berada di pinggiran dan hanya nyinyir belaka. Kedepan harus ada pemimpin lahir dari generasi saat ini (milenial & z) yang mampu menyatakan kebenaran adalah kebenaran, kesalahan adalah kesalahan. Bukan hanya pencitraan saja demi kepentingan semata,” katanya.
Wishnutama Kusubandio juga mengatakan situasi new normal yang terbentuk karena Covid-19 sudah inline dengan apa yang dijalankan Kemenparekraf.
Strategi lainnnya adalah masalah keselamatan. Wishnutama mencontohkan rescue yang harus ada di area pantai. Kemudian keamanan. Sementara untuk ekonomi kreatif, Kemenparekraf mendorong hadirnya kreativitas di masing-masing destinasi. Caranya dengan melakukan training, coaching, dan lainnya.
“Sektor pariwisata sudah sangat siap dengan new normal. Karena new normal pasca Covid sudah inline dengan apa yang kita jalankan, yaitu higienis. Kita sudah jalankan protokol kesehatan di airport, hotel, tempat hiburan, dan lainnya. Semua kita siapkan dari sekarang. Kenapa harus sekarang, karena kita juga harus mempersiapkan agar ekonominya berjalan,” paparnya.
Dijelaskan Wishnutama, new normal lainnya adalah era digital yang terakselerasi dengan cepat saat covid. Dijelaskannya, dalam kondisi seperti ini seluruh orang dipaksa melakukan aktivitas secara digital. Yang artinya, ada potensi digital yang jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya.
“Di pariwisata dan ekonomi kreatif banyak potensi itu. Dan kita akan membuka ruang-ruang diskusi untuk itu. Yang penting di era digital, adalah bagaimana bangsa Indonesia menguasai ekosistem digital, itu yang bisa membuat kita menang. Yang juga penting adalah data, karena sangat valueable.
Untuk bisa menang, kita harus tahu siapa yang control data kita, siapa yang memiliki data kita,” kata Wishutama.
Wishnutama menambahkan, pada setiap krisis selalu ada kesempatan. pertanyaannya, bagaimana kesempatan itu bisa dicapai?
“Ada pilihan buat semua, yaitu defensif atau ofensif. Dalam sejarah saat terjadi berbagai krisis, biasanya yang punya kesempatan adalah yang ofesif, bukan defensif. Oleh karena itu pemerintah membagi dua treatment, pertama supporting buat mengatasi krisis dan menciptakan opportunity sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang sifatnya sustainable. Jadi saat pandemi berakhir, apa yang kita lakukan tetap bisa berlangsung,” urainya.
Dijelaskannya, momentum ini tergantung kita memanfaatkannya, mau pesimis atau menjadi pemenang.
“Tapi pemenang tidak ada sifat pesimis. Pemenang mencari kesempatan, bukan kekurangan. Buat generasi muda, ayo cari apa kesempatan yang ada. Hal ini tidak bisa dipelajari, tapi harus dicari sendiri,” selorohnya.
Wishnutama mengakui dalam situasi seperti ini tidak mudah buat pariwisata, apalagi seluruh dunia merasakannya. Menurutnya, sektor pariwisata paling terdampak karena pariwisata tergantung pada kunjungan orang. Sedangkan sekarang sudah tidak memugkinkan kunjungan.
“Yang terpenting, adalah kita harus optimis akan masa depan kita. Kita meyakini masa depan pariwisata kita akan luar biasa setelah pandemi ini. Kita akan mati-matian, karena negara lain juga akan berusaha keras untuk mendatangkan wisatawan. Kita akan coba dari wisatawan nasional dulu, baru kita datangkan wisatawan internasional,” jelasnya.