Tanggapan Jusuf Kalla Soal Ajakan Jokowi Berdamai dengan Covid-19 hingga Opsi Herd Immunity
Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla memberikan tanggapannya terkait penanganan virus corona di Indonesia.
Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Ayu Miftakhul Husna
Jusuf Kalla lantas mencontohkan penerapan herd immunity yang sudah diterapkan di negara Swedia.
Menurut dia, angka kematian di Swedia justru lima kali lipat lebih tinggi dibanding negara di sekitarnya.
Hal itu terjadi karena Swedia menerapkan herd immunity tanpa dibarengi dengan dilakukannya lockdown.
"Tingkat kematian di Swedia lima kali lipat dibanding negara di sekitarnya akibat ingin mencoba herd immunity," terangnya.
Jusuf Kalla mengatakan, pemerintah bisa saja menggunakan opsi herd immunity, namun dengan risiko korban akan semakin banyak.
Baca: Bahaya Herd Immunity dalam Tangani Pandemi Corona Diingatkan WHO, Sebut Manusia Bukan Kawanan Ternak
Menurut dia, tak masalah apabila dampak kebijakan tersebut hanya menyasar pada korban materi.
Namun, ia mempertanyakan langkah pemerintah apabila yang terjadi adalah korban jiwa melayang.
"Jadi jangan coba-coba yang kayak gini, korbannya banyak pasti."
"Apakah kita akan memilih itu, jangan. Negara apa yang ingin seperti itu dan itu tidak dianjurkan oleh WHO atau lembaga manapun," ungkap dia.
Sebagai informasi, herd immunity adalah upaya menghentikan laju penyebaran virus dengan cara membiarkan imunitas alami tubuh.
Sehingga, daya tahan atau imunitas diharapkan akan muncul dan virus akan reda dengan sendirinya.
Hal itu diungkapkan oleh Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, Sally A Nasution.
Baca: Apa Itu Herd Immunity? Seberapa Besar Efek yang Ditimbulkan? Simak Penjelasan Berikut Ini
"Pada kondisi terinfeksi virus, tubuh kita otomatis membentuk antibodi, siapa yang akan membentuk antibodi?'
"Yaitu orang-orang yang imunitasnya baik, pada usia produktif sekitar 18-50 tahun," kata Sally, seperti dikutip Tribunnews.com dari Kompas.com.