Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tegaskan New Normal Bukan Berarti Pulih, AHY: Risiko Penularan Masih Tinggi

"Resiko penularan masih tinggi, juga perlu diantisipasi karena kurva penularan masih terus naik. Tetap disiplin

Penulis: Siti Nurjannah Wulandari
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
zoom-in Tegaskan New Normal Bukan Berarti Pulih, AHY: Risiko Penularan Masih Tinggi
Tribunnews/HO/Biro Pers/Laily Rachev
Agus Harimurti Yudhoyono (Agus Yudhoyono) bertandang menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (10/8/2017) siang. 

Ingat, new normal bukan berarti keadaan telah pulih.

New normal berarti kita harus ekstra waspada saat kembali pada aktivitas semula‬.

Jumlah penderita kasus positif masih naik. Kita masih berjuang untuk terus menekan sebarannya.

Resiko tertular Covid-19 masih tinggi. Kita harus disiplin, menerapkan aturan, tetap jaga jarak, jaga kebersihan, jaga kesehatan sebagai new normal kita.‬

Saat ini, hanya kedisiplinan dan kesadaran kita sendirilah yang bisa menyelamatkan kita dari penyebaran wabah Covid-19.

Tetap waspada, jangan lengah dengan rutinitas. New normal harus hadirkan new habit. Keadaan kita belum kembali seperti semula," tulis Agus Yudhoyono.

Baca: Berbeda dengan PSBB, New Normal Kini Dijaga Aparat TNI Polri, Ali Ngabalin: Jokowi Memerintahkan

Baca: Wali Kota Bekasi: Seluruh Rumah Ibadah di Bekasi Mulai Dibuka Jumat Ini

Lalu apa itu new normal?

Berita Rekomendasi

Psikolog Yuli Budirahayu ketika dihubungi Tribunnews.com menjelaskan bahwa New Normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan menerapkan protokol kesehatan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19.

Yuli menegaskan, seseorang mengadopsi perilaku hidup berbeda agar menekan risiko penularan virus.

"Ya melakukan perilaku hidup berbeda dari biasanya, seperti bekerja tetapi dari rumah (work from home), saat keluar rumah menggunakan masker, selalu mencuci tangan menggunakan sabun dan lain sebagainya," kata Yuli.

"Masyarakat tidak perlu panik dan stress karena harus melakukan aktivitas seperti biasa (normal) meski dengan menggunakan tatanan atau aturan yang baru jika pada akhirnya kedua hal tersebut diterapkan," lanjutnya.

(Tribunnews.com/ Siti Nurjannah Wulandari)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas