Jubir Presiden Sebut 15 Indikator yang Wajib Dipenuhi untuk Masuk Fase New Normal
Beberapa hari belakangan terjadi peningkatan angka kurva kasus positif virus corona atau Covid-19 di Indonesia.
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beberapa hari belakangan terjadi peningkatan angka kurva kasus positif virus corona atau Covid-19 di Indonesia.
Bahkan, angka positif Covid-19 per harinya bisa menembus hingga 1.000-an kasus.
Padahal pemerintah tengah mensosialisasikan penerapan tatanan kenormalan baru atau new normal di tengah pandemi ini.
Juru Bicara Presiden, Fadjroel Rachman mengatakan penerapan menuju new normal harus sesuai dengan lima arahan yang telah disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Terutama, di tengah kasus Covid-19 yang meningkat ini pentingnya prakondisi yang sangat ketat.
-
Baca: Kelas 1,2,3 BPJS Kesehatan Bakal Digabung, Hanya Ada Kelas Standar, Kapan Mulai Berlaku?
-
Baca: Satu Keluarga yang Ditemukan Tewas di Tangerang Kerap Bertengkar Sebulan Terakhir
Menurut Fadjroel, ada 15 indikator dalam prakondisi menuju kenormalan baru.
Namun, Fadjroel tak merinci ke-15 indikator tersebut.
Hal itu disampaikan Fadjroel dalam program Bincang Khusus Pro3 RRI terkiat 'Lima Arahan Presiden terkait Penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru', Jumat (12/6/2020).
"Ada 15 indikator yang harus dipenuhi oleh terkait dengan upaya masuk ke dalam sebagai persiapan menuju kenormalan baru. Apabila 15 indikator ini tidak dicapai maka tidak mungkin masuk ke pada kenormalan baru," kata Fadjroel.
Lebih lanjut, Fadjroel menyebut, ke-15 indikator tersebut berbeda dengan fase menuju kenormalan baru ini hingga fase Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Proses itu harus dujalani bertahap mulai dari fase PSBB, kemudian persiapan menuju kenormalan baru, kemudian baru menuju kenormalan baru atau adaptasi dengan kebiasaan baru.
"Nah di sini syarat untuk keluar dari persiapan ini adalah 5 (arahan Presiden Jokowi,red).
Kelima arahan Presiden Jokowi untuk masuk ke fase kenormalan baru yakni;
Pertama, berkaitan dengan pra kondisi dengan cara melakukan sosialisasi secara masif kepada masyarakat terkait bahaya Covid-19.
Kedua, berkaitan dengan keputusan para kepala daerah yang ingin melonggarkan pengetatan di daerahnya masing-masing.
Ketiga, Jokowi menegaskan bahwa tatanan normal baru bukan berarti seluruh aktivitas perekonomian kembali dibuka seutuhnya. Keempat, pentingnya koordinasi antara pemangku kepentingan terkait dari lapisan paling atas hingga ke bawah.
Dan, kelima yaitu perlunya dingatkan jika dalam perkembangan ditemukan kenaikan kasus baru, maka langsung akan dilakukan pengetatan atau penutupan kembali.
Fadjroel pun mengatakan, angka Covid-19 yang beberapa hari ini meningkat itu merupakan bukti kerja pemerintah semakin masiv melakukan test PCR dan tresing kepada masyarakat. Ia juga menyebut, angka kurva Covid-19 justru melandai.
"Alhamdulillah tes (swab Covid-19) semakin bertambah, semakin masif, maka semakin banyak yang ketahuan. Tetapi juga intinya juga kurvanya sudah mulai melandai," jelasnya.