Peringati HUT ke-55 Harian Kompas, Sri Mariani Ojong Ingat Koran Ayahnya Sempat Dibredel
Usai menabur bunga di makam ayahnya, Mariani bercerita soal sosok PK Ojong yang telah wafat 40 tahun lalu, tepatnya pada 31 Mei 1980.
Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Minggu (28/6/2020) ini, Harian Kompas menginjak usia ke-55 tahun.
Harian yang dibentuk Jacob Oetama dan PK Ojong ini terbit pertama kali pada 28 Juni 1965 di Jakarta.
Koran ini pernah mengalami masa-masa awal yang sulit, tetapi kemudian berkembang di tengah berbagai tantangan dan perubahan zaman.
Dalam rangka memperingati hari lahir harian Kompas yang sudah setengah abad lebih, Sri Mariani Ojong putri dari PK Ojong beserta petinggi Kompas lainnya melakukan ziarah ke makam PK Ojong di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Jakarta Selatan, Minggu (28/6/2020).
Usai menabur bunga di makam ayahnya, Mariani bercerita soal sosok PK Ojong yang telah wafat 40 tahun lalu, tepatnya pada 31 Mei 1980.
Baca: Aiman Kompas TV Malam Ini: Senang Tapi Aman, Bisa?
Baca: Harian Kompas Gelar Diskusi Nasional Bahas Konektivitas di Ibu Kota Baru
"Kenangannya bagi kami anak-anaknya adalah teladannya dan komitmennya," tutur Mariani.
Mariani ingat ketika koran milik ayahnya yang dibredel pemerintahan orde baru.
Harian Kompas memang pernah berhenti beredar selama 2 minggu, sejak 21 Januari 1978.
"Dulu ketika saya masih kecil, waktu itu banyak bredel-bredel karena memberitakan tentang pemerintah," kenang Mariani.
"Dan pada saat itu saya melihat kekhawatiran ayah saya 'ini bisa terus apa enggak', tetapi akhirnya bisa diteruskan lagi berapa kali waktu itu, dan akhirnya bisa terus sampai sekarang," imbuhnya.