Mangga Gedong Gincu Sumedang Tembus Pasar Eropa Berkat Simpok
produk mangga yang akan diekspor sering mengalami penolakan dari negara produsen akibat hama lalat buah.
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Daerah Sumedang merupakan salah satu kabupaten penghasil mangga gedong gincu yang cukup potensial di Jawa Barat.
Potensi luas pertanaman mangga gedong gincu di Kabupaten Sumedang kurang lebih 5.000 hektar (ha) yang tersebar di 6 kecamatan yaitu Kecamatan Tomo (1.200 ha), Jatigede (1.800 ha), Ujungjaya (1.350 ha), Pase (50 ha), Situraja (45 ha) dan Conggean (25 ha).
Peluang pasar ekspor mangga gedong gincu cukup tinggi.
Namun demikian, produk mangga yang akan diekspor sering mengalami penolakan dari negara produsen akibat hama lalat buah.
Kerusakan akibat lalat buah ini diperkirakan mencapai 30-40%, yang tentu saja sangat merugikan petani mangga di wilayah Sumedang karena pendapatan yang diperoleh petani menjadi berkurang.
Sesuai amanat Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, dalam rangka mendorong peningkatan ekspor produk pertanian, Kementerian Pertanian akan terus berupaya menjadikan pertanian Indonesia maju, mandiri dan moderen.
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto memaparkan bahwa dalam rangka mendorong peningkatan ekspor hortikultura adalah Gerakan mendorong produksi, meningkatkan daya saing dan ramah lingkungan hortikultura (GEDOR Horti).
Baca: Pengendalian Hama Lalat Buah Ramah Lingkungan Dorong Peningkatan Ekspor Mangga
Anton panggilan akrab Dirjen Hortikultura, menuturkan bahwa mangga gedong gincu memiliki peluang pasar ekspor yang masih terbuka lebar.
“Kita harus mampu menghasilkan produk bebas Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) utamanya lalat buah sesuai permintaan dan persyaratan negara mitra dagang. Tentunya upaya tersebut dapat dicapai apabila semua pihak yang terkait dapat bersinergi dan ikut berkontribusi dalam pengelolaan lalat buah skala luas,” ujar dia melalui keterangan tertulisnya, Selasa (7/7/2020).
Direktur Perlindungan Hortikultura Sri Wijayanti Yusuf mengajak petani dan pelaku perlindungan hortikultura untuk tetap konsisten melakukan pengendalian OPT mengikuti prinsip Pengelolaan Hama Terpadu (PHT).
Yakni dengan mengedepankan pengelolaan OPT ramah lingkungan seperti pemanfaatan agens pengendali hayati (APH), pemasangan perangkap atraktan ME, likat kuning dan feromon, penggunaan pestisida nabati, melakukan sanitasi buah dengan gentong parasitoid serta menanam tanaman refugia di sekitar pertanaman mangga.
”Ditjen Hortikultura akan terus melakukan pengawalan dan pendampingan secara intensif dalam pengelolaan OPT skala luas (Area Wide-Integrated Pest Management/AW-IPM) terutama di sentra-sentra potensi ekspor.” ujar Yanti.
Pengalaman SIMPOK di Provinsi Jawa Barat
Kasie Sarana Pengendalian OPT Buah dan Florikultura, Irma Siregar, menekankan bahwa pengelolaan OPT lalat buah harus dilakukan dalam skala luas, serentak dan berkelanjutan.
Petani juga dihimbau untuk memanfaatkan kearifan lokal yang ada di wilayah tersebut sebagai pestisida nabati untuk meminimalkan penggunaan pestisida kimia sintetik.
Dalam rangka mengamankan produksi mangga Gedong Gincu dari serangan lalat buah, UPTD Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi Jawa Barat telah melakukan terobosan dan inovasi pengelolaan OPT lalat buah. Caranya melalui penerapan Sistem Manajemen Pengendalian OPT Lalat Buah Skala Kawasan (SIMPOK) berbasis android.
Kegiatan SIMPOK ini telah berjalan sejak tahun 2018 dengan luas areal yang dikendalikan 400 Ha.
Lokasinya di empat kabupaten yaitu Kab. Cirebon 80 Ha (Desa Karangwuni dan Desa Sedong Kidul, Kecamatan Sedong); Majalengka 100 Ha (Desa Sidamukti, Kecamatan Majalengka dan Desa Pasir Muncang, Kecamatan Panyingkiran); Sumedang 120 Ha (Desa Jembar Wangi, Kecamatan Tomo dan Desa Kadu, Kecamatan Jatigede), dan Indramayu 100 Ha (Desa Sliyeg Lor, Kecamatan Sliyeg dan Desa Dewi Dalam, Kecamatan Jatibarang).
“Teknologi yang diterapkan adalah memasang perangkap lalat buah di seluruh pertanaman mangga dengan atraktan Metil Eugenol (ME). Perangkap digantung di cabang/ranting pohon mangga dengan ketinggian 2 meter dari permukaan tanah,” ujar Irma.
Populasi lalat buah yang terperangkap dipantau setiap minggu kemudian dihitung jumlahnya dan dicatat dalam database SIMPOK. Selanjutnya, diolah menjadi satuan FTD (fruit fly per trap per day).
“Indikator keberhasilan SIMPOK dapat dilihat dari tingkat populasi lalat buah (hasil tangkapan lalat buah) yang semakin menurun atau FTD-nya di bawah nol,” beber dia.
Success Story Penerapan SIMPOK Mangga
Penerapan SIMPOK di Kabupaten Sumedang dikoordinir oleh Ketua Assosiasi Petani Mangga Kabupaten Sumedang, Inta Suminta. Inta juga menjabat sebagai ketua Poktan Jembar Makmur yang beralamat di Desa Jembarwangi, Kecamatan Tomo dengan jumlah anggota poktan 35 orang.
“Luas pertanaman mangga yang dikelola oleh poktan Jembar Makmur seluas 60 hektare,” ujar Inta.
Inta menjelaskan dengan pemasangan perangkap atraktan ME skala kawasan di Kab. Sumedang, populasi lalat buah menurun signifikan sekitar 200%. FTD-nya menurun dari 1.200 ekor menjadi 2 ekor.
“Selain itu, kualitas mangga meningkat dan harga jualnya bagus,” jelas dia.
Ditambahkan oleh Inta, saat ini petani mangga gedong gincu di Sumedang perlahan-lahan mulai mengurangi penggunaan input kimia dan beralih ke penggunaan pestisida nabati dan pupuk organik.
Inta optimis bahwa mangga yang diproduksi anggotanya mampu bersaing di pasar internasional.
Saat ini, dirinya bersama para petani lainnya telah bermitra dengan salah satu eksportir. Salah satu pasar ekspor yang dituju adalah Eropa termasuk Rusia, Perancis dan Finlandia.
Namun sangat disayangkan, akibat wabah pandemi Covid-19, semua ekspor ke negara tersebut dihentikan sejak 2 bulan yang lalu. Inta berharap dalam waktu dekat, ekspor mangga gedong gincu ini bisa kembali normal.
“Saya bersama anggota akan terus berupaya mencari peluang pasar ekspor selain Eropa. Anggota poktan kami sangat senang karena mangga kami dapat dinikmati oleh negara luar.”
Wahid Sarifudin, Kasie Perlindungan Tanaman Hortikultura, UPTD BPTPH Provinsi Jawa Barat, menjelaskan penerapan sistem pengendalian lalat buah skala kawasan di wilayah Jawa Barat mampu menurunkan populasi lalat buah.
“Rata-rata FTD dari 114,65 ekor menjadi 10,33 ekor. Turun 90,99%. Intensitas serangan lalat buah juga menurun dari 35% menjadi 7,5%,” kata dia.
Asosiasi Petani Mangga Kabupaten Sumedang bertekad akan terus berupaya meningkatkan mutu mangga gedong gincu yang mereka hasilkan agar dapat terus berkiprah di pasar internasional sebagai penyumbang devisa negara.