Sapardi Djoko Damono Akan Dimakamkan di TPU Giritama Bogor, Pelayat Tak Diizinkan ke Pemakaman
Pujangga legendaris Indonesia, Sapardi Djoko Damono akan dimakamkan sore ini di Taman Pemakaman Giritama, Giri Tonjong, Bogor, Jawa Barat.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Garudea Prabawati
Sebelum dikabarkan meninggal dunia, Sapardi sempat mengunggah karya novelnya di Instagram.
"(WORK IN PROGRESS) Barangkali hidup adalah doa yang panjang dan sunyi adalah minuman keras."
"Ia mengangguk, entah kepada siapa."
Profil Sapardi Djoko Damono
Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono atau biasa dipanggil dengan singkatan namanya, SDD merupakan sastrawan kelahiran Surakarta, 20 Maret 1940.
Kecintaan Sapardi dengan sastra dan tulisan telah dipupuk sejak muda.
Di jenjang SMP hingga SMA, Sapardi sering menulis cerpen dan mengirimkannya ke majalah.
Bakatnya ini lantas semakin berkembang ketika menempuh perkuliahan Bahasa Inggris di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Baca: Sastrawan Sapardi Djoko Damono Tutup Usia, Ini Profil dan Sederet Karyanya yang Terkenal
Baca: Sastrawan Sapardi Djoko Damono Meninggal Dunia, Fiersa Besari: Patah Hati Terdalam dari Kami
Saat masih mengajar di Universitas Indonesia, Sapardi sempat menjadi redaktur majalah Horison, Basis, Kalam, Pembinaan Bahasa Indonesia, Majalah Ilmu-ilmu Sastra Indonesia, dan country editor majalah Tenggara di Kuala Lumpur.
Dikutip dari Wikipedia, saat ini SDD aktif mengajar di Sekolah Pascasarjana IKJ sembari menulis fiksi dan nonfiksi.
Sapardi menikah dengan Wardiningsih dan dikaruniai satu putra dan satu putri.
Sajak dan puisi Sapardi telah banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa.
Beberapa karyanya yang populer antara lain Aku Ingin, Hujan Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, Akulan di Telaga, dan Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani/Widyadewi Metta Adya Irani) (Kompas.com/Wahyu Adityo Prodjo/Singgih Wiryono)