Seratus Tahun PK Ojong Pendiri Kompas Gramedia (3): Ojong Berintegritas, Media Sekarang Tersesat
Sikap Ojong jelas, sekali mati tapi berarti. Ia menolak untuk mengikuti kemauan rejim Soeharto.
Editor: Dewi Agustina
Goenawan tak mengingat betul detail tahun pertemuannya dengan salah satu pendiri Kompas Gramedia itu. Namun, sejak tahun 1966, dirinya dan PK Ojong kerap bertemu membahas seputar perkembangan dunia sastra.
Pertemuan keduanya menggiring pada lahirnya sebuah pergaulan yang teramat sehat dan berharga bagi Goenawan.
"Terutama karena pergaulan di bidang pemikiran (dengan PK Ojong, red)," ucap Goenawan kepada Tribun Network, Jumat (17/7/2020).
Banyak pengetahuan dan wawasan berharga berkaitan dengan kaidah-kaidah jurnalistik yang didapat Goenawan dari sosok PK Ojong. Salah satunya berkaitan dengan usulan penting PK Ojong kepada Goenawan sebelum mendirikan Majalah Tempo.
Goenawan menceritakan, ketika ingin mendirikan Majalah Tempo, ia mendapat masukan tentang pentingnya mengedepankan etos kerja dari PK Ojong. PK Ojong mendorong Goenawan bekerja tanpa kenal lelah 7 hari 24 jam.
"Waktu saya mau mendirikan Tempo saya tanya, riset Pak Ojong apa? Dia bilang kalau mau bikin Majalah Tempo harus bekerja 7 hari 24 jam. Dan betul, etos kerja itu memang harus ditegakkan kalau mau bikin majalah seperti Tempo, sampai sekarang pun masih. Itu pegangan dari Pak Ojong," kata Goenawan.
Berikut petikan wawancara dengan Goenawan Mohamad.
Bagaimana cerita awal mula Anda mengenal PK Ojong?
Saya kenal PK Ojong lewat Arief Budiman, karena Arief dekat sama beliau dan kemudian kami bergaul terutama di bidang sastra, karena Pak Ojong ikut terlibat dalam majalah Treatment.
Tapi sebelumnya juga tahun 1966 kami sering bertemu, terutama karena pergaulan di bidang pemikiran.
Apa sumbangsih pikiran dari PK Ojong ketika Anda ingin mendirikan Majalah Tempo?
Waktu saya mau mendirikan Tempo saya tanya, riset Pak Ojong apa? Dia bilang kalau mau bikin Majalah Tempo harus bekerja 7 hari 24 jam, dan betul.
Baca: Peringatan 100 Tahun Lahirnya Pendiri Kompas Gramedia P.K. Ojong, Sosok Wartawan Sekaligus Guru
Etos kerja itu memang harus ditegakkan kalau mau bikin majalah seperti Tempo, sampai sekarang pun masih. Itu pegangan Pak Ojong.
Pegangan yang kedua adalah dia orang yang tidak memikirkan diri sendiri. Hidupnya sederhana, dulu masih tinggal di Jalan Slamet Riyadi, hampir seluruh hidupnya di situ dan begitu hampir mau meninggal baru pindah ke Permata Hijau.