Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Lilik Tak Dibelikan Ayah Gesper Mahal Saat SMA, Jakob Oetama: 'Kenapa Beli yang Semahal Itu?

Jakob Oetama selalu menyatakan kepada anak-anaknya, dirinya hanya seorang pekerja, bukan pemilik di Kompas Gramedia.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Cerita Lilik Tak Dibelikan Ayah Gesper Mahal Saat SMA, Jakob Oetama: 'Kenapa Beli yang Semahal Itu?
Tribunnews/Irwan Rismawan
Keluarga dan kerabat menaburkan bunga di makam Pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama usai upacara pemakaman di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis (10/9/2020). Jakob Oetama dimakamkan dengan prosesi kenegaraan di TMP Kalibata yang dipimpin oleh Inspektur Upacara Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, Jusuf Kalla. Tribunnews/Irwan Rismawan 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama (88) telah dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Kamis (10/9/2020) kemarin.

Namun kenangan, nilai-nilai pendidikan dan nasihatnya masih tetap hidup di tengah keluarga dan Kompas Gramedia.

Paling tidak itu yang dirasakan Lilik Oetama, Chief Executive Officer (CEO) Grup Kompas Gramedia (KG), setelah upacara pemakaman di TMP Kalibata.

Lilik yang juga anak Jakob, mengenang saat kecil, Jakob Oetama telah menanamkan nilai-nilai kejujuran dalam diri anak-anaknya.

"Yang pertama soal kejujuran. Dia selalu bilang, 'pokoknya kamu jangan pernah "mencuri," berbohong. Jadi kalau kamu butuh apa-apa, ya kamu bilang. Kalau Bapak bisa berikan, Bapak akan bantu," kenang Lilik.

Jakob Oetama, lanjut Lilik, juga mendidik anak-anaknya secara demokratis, tanpa memaksakan kehendaknya.

Hal itu yang dikenang Lilik, terutama saat Jakob Oetama memberikan kebebasan pilihan kepada anak-anaknya untuk memilih sekolah atau jenjang pendidikan dan pasangan hidupnya masing-masing.

Berita Rekomendasi

"Kedua demokrasi. Kayak sekolah, terserah mau sekolah di mana, mau ambil jurusan apa. Bapak memberikan ini dan bilang yang akan menjalankan itu kan kamu sendiri," kisah Lilik.

"Juga soal jodoh. Jodoh juga sama, terserah," tambah Lilik.

Lilik mengaku banyak belajar dari Jakob Oetama mengenai kesederhanaan.

Mengenai kesederhaan ini, Lilik mengingat pengalaman saat menuntut ilmu di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jakarta.

Saat itu tengah tren gesper (ikat pinggang) bermerek mahal. Lilik pun ingin memiliki gesper itu yang juga sudah dipakai sejumlah temannya di sekolah. Namun permintaan Lilik, tak diluluskan Jakob Oetama.

"Saya ingin, tapi tak kesampaian. Dulu itu toplah. Bapak bilang 'kenapa beli yang semahal itu? Apa tidak ada yang lain. Kamu itu masih sekolah, masih belum bisa cari uang untuk itu," kenang Lilik akan ucapan Jakob Oetama saat itu.

Baca: Wali Kota Ambon Kenang Jakob Oetama: Indonesia Kehilangan Sosok Pejuang Keadilan dan Kebenaran

Dia juga mengenang hingga SMA, Jakob Oetama selalu menyatakan kepada anak-anaknya, dirinya hanya seorang pekerja, bukan pemilik di Kompas Gramedia.

"Bapak selalu bilang ke anak-anaknya dia tidak punya uang. Dia selalu bilang, 'saya bekerja di situ, bukan pemilik,' ucapnya.

Berjalannya waktu, Jakob Oetama pun memenuhi keinginan Lilik yang belum tergenapi kala SMA. Hanya saja, bukan lagi gesper, tapi Jakob Oetama membelikan dompet bermerek Charles Jourdan.

"Tapi pas SMA lulus, kebetulan saya sekolah ke luar. Saya dibawa ke Pasaraya. Pertama kali dalam hidup beli barang merek itu. Dibeliin dompet merek Charles Jourdan," tuturnya.

Dompet pemberian Jakob Oetama itu dipakai Lilik lima tahun lebih dan sampai robek.

Pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama tutup usia pada Rabu (8/9/2020) siang.

Jenazahnya disemayamkan di Gedung Kompas Gramedia Palmerah sejak Rabu malam hingga Kamis (9/9/2020) pagi.

Misa requiem pun digelar untuk mendoakan almarhum sebelum akhirnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Kamis (10/9/2020), Jakarta Selatan.

Di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakob ditempatkan di makam nomor 339, dengan diameter lebar 90 cm, panjang 220 cm.

Baca: Berbincang dengan Jakob Oetama Harus Membuka Mata Hati, Mata Batin, dan Mata Nalar

Mengkritik dengan Sopan

Pantauan Tribunnews.com, setelah misa yang dipimpin Romo Sindhunata SJ selesai dilaksanakan, pihak keluarga dari Jakob Oetama secara resmi menyerahkan jenazah kepada Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet).

Lagu karya Ismail Marzuki, Ibu Pertiwi mengiringi pelepasan Pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama dari keluarga ke negara di Halaman Gedung Kompas, Palmerah Selatan.

"Dengan ini, saya atas nama keluarga menyerahkan jenazah almarhum Doktor Honoris Clausa Jakob Oetama kepada pemerintah untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata dengan upacara militer," ujar Irwan Oetama, selaku perwakilan keluarga, di lobi Gedung Kompas, Palmerah Selatan Kamis (10/9/2020).

Karyawan Kompas TV dipimpin Pemrednya, Rosiana Silalahi berdoa bersama usai upacara pemakaman jenazah pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis (10/9/2020). Jakob Oetama yang juga tokoh pers Indonesia tersebut meninggal dunia pada Rabu (9/9/2020) dalam usia 88 tahun setelah menjalani perawatan di RS Mitra Keluarga, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Warta Kota/Alex Suban
Karyawan Kompas TV dipimpin Pemrednya, Rosiana Silalahi berdoa bersama usai upacara pemakaman jenazah pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan, Kamis (10/9/2020). Jakob Oetama yang juga tokoh pers Indonesia tersebut meninggal dunia pada Rabu (9/9/2020) dalam usia 88 tahun setelah menjalani perawatan di RS Mitra Keluarga, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Warta Kota/Alex Suban (Warta Kota/Alex Suban)

Bamsoet sebagai perwakilan pemerintah mengenakan setelan jas hitam saat menerima jenazah Jakob Oetama.

"Saya Bambang Soesatyo, Ketua MPR Republik Indonesia, atas nama negara, bangsa dan Tentara Nasional Indonesia menerima jenazah almarhum Doktor Honoris Clausa Jakob Oetama. Selanjutnya jenazah almarhum akan saya berangkatkan ke tempat pemakamannya di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata secara militer," kata Bamsoet.

Selanjutnya, peti jenazah Jakob Oetama yang telah ditutupi bendera Indonesia dipanggul oleh sejumlah anggota TNI.

Di depan pengiring jenazah, dua anggota TNI membawa foto almarhum Jakob Oetama dan salib berhias bunga.

Kemudian dengan diiringi pukulan snare drum, peti jenazah Jakob Oetama dibawa menuju mobil jenazah. Pihak keluarga beriringan mengikuti di belakang peti jenazah.

Anggota TNI membawa peti jenazah pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama pada upacara penyerahan jenazah ke negara, di Jakarta, Kamis (10/9/2020). Jakob Oetama dimakamkan di TMP Kalibata secara militer karena memiliki Bintang Mahaputra yang diserahkan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1973. TRIBUNNEWS/HERUDIN
Anggota TNI membawa peti jenazah pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama pada upacara penyerahan jenazah ke negara, di Jakarta, Kamis (10/9/2020). Jakob Oetama dimakamkan di TMP Kalibata secara militer karena memiliki Bintang Mahaputra yang diserahkan oleh Presiden Soeharto pada tahun 1973. TRIBUNNEWS/HERUDIN (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

Wakil Presiden ke-10 dan 12 RI, Jusuf Kalla bertindak sebagai Inspektur Upacara dalam proses pemakaman tokoh pers senior sekaligus pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama.

Bermasker putih dan berseragam resmi kenegaraan, Kalla memberikan penghormatan terakhir untuk kawan baiknya itu. Dia lalu menguruk tanah secara simbolis ke peti mati Jakob, kemudian disusul pihak keluarga.

Selesai pemakaman, JK menabur bunga di atas tanah tempat Jakob beristirahat untuk selamanya.

"Semua tahu bahwa beliau ini adalah tokoh media yang hebat, yang menjadikan media ini pemersatu dan juga meluruskan sesuatu dengan sopan, dan juga seorang entrepreuner, budayawan, yang berhasil mempekerjakan puluhan ribu orang," kata JK.

JK memahami bahwa semua pihak merasa kehilangan akan tokoh bangsa yang mempunyai modal yang besar untuk persatuan bangsa.

Baca: Sosok Jakob Oetama Diungkap Pastor Ini, Kekayaan Bukan Target, Gelisah Jika Karyawan Belum Sejahtera

"Sikapnya kepada bangsa ini walaupun mengoreksi, tapi dengan sopan dengan cara yang mencari solusi tidak hantam, melainkan mencari solusi," katanya.

JK menceritakan bagaimana kedekatan antara dirinya dan Jakob. Ketika diundang diskusi, Jakob selalu mengajak dirinya.

"Seperti diskusi ekonomi kewilayahan, pasti saya diundangnya langsung dan kita selalu teratur berdiskusi, di rumah atau di tempat lain," ujarnya.

Kalla berpesan agar insan pers yang lebih muda mempelajari dan mengikuti jejak Jakob, walaupun mengoreksi ataupun meluruskan, tetap dengan cara yang sopan.

"Dia tidak melihatnya dari sisi yang negatif, tapi melihat bagaimana hal-hal yang sulit tetap kita mengarah pada kemajuan," ujarnya.

Penggemar Soto dan Peyek

Jakob Oetama merupakan penggemar kuliner khas Indonesia. Ia sangat menyukai Soto dan Peyek Kacang.

Soto Kadipiro dan Soto Lamongan merupakan makanan kesukaan Pendiri Kompas Gramedia tersebut.

Menurut Budiman Tanuredjo, mantan Pemimpin Redaksi Harian Kompas, jika ada acara di kantor, tiga makanan itu harus jadi prioritas.

"Tiga makanan itu jadi menu wajib kalau beliau mengadakan acara di Kompas," kata Budiman, di Taman Makam Pahlawan Nasional, Kamis (10/9/2020).

Menurutnya, kalau tidak ada peyek kacang, Jakob merasa seperti ada yang kurang saat makan.

"Saya tidak tahu kalau persis tempat soto kesukaannya, hanya tahu jenisnya saja," jelasnya.

Budiman mengenang, makan soto bersama Jakob merupakan kenangan paling berharga. Saat makan soto bersama Jakob seperti orang tua, kakak, dan teman yang membuat Budiman sangat merasa hangat. (tim/dilla/tribunnetwork/cep)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas