Hari Rabies Sedunia, Dog Meat Free Indonesia Ingatkan Risiko Mematikan Penularan Rabies
DMFI menyerukan agar pihak berwenang Indonesia segera mengambil tindakan yang tegas untuk mengatasi ancaman serius rabies.
Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
"Bukan sebuah kebetulan bahwa provinsi dan kabupaten dengan permintaan daging anjing yang paling besar, juga merupakan provinsi dengan prevalensi rabies tertinggi."
"Dengan dampak sosial, ekonomi, dan kesejahteraan hewan yang sangat menghancurkan," kata Lola Webber, Change For Animals Foundation, dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunnews.com, Senin (28/9/2020).
Penelitian yang dilakukan di berbagai pasar di provinsi Sulawesi Utara menunjukkan bahwa antara 7,8 sampai 10,6 persen anjing yang diperdagangkan untuk konsumsi manusia telah terinfeksi rabies.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat mengirimkan komentar dalam sebuah surel kepada Dog Meat Free Indonesia.
"Ada laporan bahwa operasi pasar daging anjing memiliki tingkat rabies yang lebih tinggi dibandingkan populasi anjing secara umum."
"Karena orang seringkali menjual anjing yang sakit ke pasar, dan sebagian di antara anjing sakit ini terkena rabies."
"Selain itu, setidaknya ada 3 laporan yang terbit mengenai manusia yang terpapar rabies dari aktivitas terkait dengan operasi pasar daging anjing, yang lebih menggarisbawahi bahwa ada resiko yang sangat nyata."
"Di seluruh dunia, negara-negara bersatu dalam respons kolektif terhadap pandemi Covid-19 yang mematikan, termasuk seruan untuk menutup perdagangan dan pasar paling berbahaya yang terkait dengan penularan penyakit dan munculnya penyakit zoonosis baru."
"Namun, meski ada peringatan dari ahli kesehatan manusia dan hewan serta ahli epidemiologi terkemuka, sebagian besar aktivitas perdagangan dan pasar hewan tanpa regulasi di seluruh wilayah tetap beroperasi tanpa halangan."
"Menyediakan lingkungan yang hampir identik dengan tempat munculnya Covid-19, dan berpotensi mengekspos ratusan ribu orang setiap hari, termasuk di antaranya para turis, ke berbagai penyakit zoonosis, termasuk rabies," jelas Dr. Katherine Polak, FOUR PAWS.
Baca: Anjing Rabies Gigit 8 Warga Desa Bugbug, Kecamatan Karangasem, Bali
Walaupun perdagangan daging anjing masih terus beroperasi di banyak provinsi di Indonesia, investigasi DMFI dan riset menunjukkan bahwa hanya kurang dari 7 persen penduduk Indonesia yang mengonsumsi daging anjing.
Hanya sebagian kecil di antaranya mendapatkan keuntungan dari perdagangan tersebut.
Meski merupakan praktik yang termarjinalisasi, perdagangan daging anjing menempatkan seluruh masyarakat negara ini dalam potensi resiko rabies.
DMFI khawatir bahwa upaya mempertahankan status bebas rabies di berbagai kota atau provinsi atau untuk mengontrol rabies di daerah lainnya akan gagal tanpa adanya pembahasan mengenai perdagangan anjing untuk konsumsi manusia.