Begini Perjuangan Warga dan Tentara Gali Sumur Tua Tempat Pembuangan Mayat Jenderal di Lubang Buaya
Para tentara akhirnya pergi dari Lubang Buaya usai menemukan mayat tujuh jenderal yang sebelumnya dibuang ke sumur tua di Lubang Buaya, Jakarta Timur
Editor: Eko Sutriyanto
Jenderal TNI Abdul Haris Nasution berhasil meloloskan diri walau kakinya terkena peluru.
Seperti tertuang dalam buku biografi Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando (2009), selain tujuh perwira tinggi dan menengah itu, pasukan yang ditugaskan menculik jenderal itu juga menembak mati Aipda Karel Satsuit Tubun (anggota Brimob yang bertugas di rumah Wakil Perdana Menteri II Dr J, Leimena).
Ade Irma Nasution, putri bungsu AH Nasution, juga menjadi korban dan meninggal dunia akibat tembakan personel pasukan Pasopati Tjakrabirawa.
Di luar Jakarta, oknum pasukan Batalion L juga menculik Brigjen TNI Katamso Darmokusumo (Komandan Korem 072/Pamungkas) dan Kolonel Raden Sugiyono Mangunwiyoto (Kepala Staf Korem 072/Kodam VII/Diponegoro) dari rumah dinas masing-masing.
Keduanya disiksa dan dibunuh, lalu dimasukkan ke sebuah lubang di tengah rawa di belakang Markas Batalion L di Kentungan, sekitar 6 kilometer sebelah utara Kota Yogyakarta.
Kesaksian Penggali Lubang Buaya
Mayat para jenderal itu ditemukan di lubang buaya pada tanggal 3 Oktober 1965 tengah malam.
Proses pengangkatan jenazah yang telah membusuk itu baru selesai keesokan harinya yaitu pada 4 Oktober 1965.
Sehari setelahnya, tanggal 5 Oktober 1965, jenazah para jenderal dan Kapten Tendean dimakamkan dalam upacara militer di Taman Makam Pahlwan, Kalibata.
Ternyata tidak mudah bagi RPKAD untuk menemukan jasad para pahlawan revolusi itu.
Mereka hanya mempunya informasi dan kesaksian Agen Polisi Dua Sukitman, yang sempat diculik pasukan Pasopati ketika berpatroli tanggal 1 Oktober 1965 subuh di dekat rumah DI Panjaitan di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Sukitman yang berhasil lolos dari sekapan penculiknya mengabarkan para jenderal dibawa ke Desa Lubang Buaya.
Baca: Pelaku Sejarah G30S PKI, Sintong Panjaitan: Sudah Kapok Itu Komunis di Indonesia
Saat itu wilayah yang kini masuk Jakarta Timur ini masih sepi dan masih berupa kebun dan hutan, termasuk hutan karet.
Hanya ada 13 rumah yang terpencar jauh satu sama lain dan satu sumur tua.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.