Begini Perjuangan Warga dan Tentara Gali Sumur Tua Tempat Pembuangan Mayat Jenderal di Lubang Buaya
Para tentara akhirnya pergi dari Lubang Buaya usai menemukan mayat tujuh jenderal yang sebelumnya dibuang ke sumur tua di Lubang Buaya, Jakarta Timur
Editor: Eko Sutriyanto
Ia kaget saat tiba di lokasi melihat banyak tentara bersenjata dengan baret merah dan melihat tujuh kawannya sedang memacul kebun.
“Disitu saya lihat ada bang Ambar Suparyono, Mahmud, Mawih, saya dateng ama Pane,” ucap Yusuf dalam video itu.
Yusuf bersama delapan orang diperintahkan menggali beberapa tempat yang mencurigakan.
Hingga kemudian mereka menemukan sebuah lokasi mirip sumur, tapi ditanami pohon pisang.
Di situ juga ditemukan sayuran, potongan kain merah, kuning, hijau.
“Terus ada serombongan datang bilang persisnya di sumur ini. Saya gatau siapa, berpakaian tentara, ada juga pakaian coklat, enggak tau siapa,” imbuhnya.
Usaha Yusuf dan bersama terus menggali sumur tersebut sampai akhirnya waktu gelap.
Di antara mereka pun sudah ada yang hampir pingsan lantaran kelelahan dan tak makan ataupun minum.
“Mawi dari bawah (sumur) udah lemes setengah pingsan, kita dari siang kan. Namanya minum makan enggak, tentara juga enggak sama,” jelasnya.
Setelah hampir jam 11 malam galian sumur terus menemukan sampah berupa daun kering, abu, potongan bujur, kayu kecil hingga sampah basah lagi.
“Dan dari kejauhan kita melihat panser masuk (ke lokasi). Pasukan item-item, pasukan katak terus melakukan penggalian.
Kemudian kita mendengar melihat beberapa petugas tadi yang jalan-jalan cari air cuci tangan basah karena lumpur, kabarnya ngangkat mayat,” tandasnya.
Para tentara akhirnya pergi dari Lubang Buaya usai menemukan mayat tujuh jenderal yang sebelumnya dibuang ke sumur tua di Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Saat itu, Yusuf dan teman-temannya tak tahu bahwa sumur yang mereka gali itu adalah tempat pembuangan jasad enam jenderal dan satu pamen korban keganasan PKI.
Yusuf hanya ingat ada kejadian menarik, ketika salah satu dari temen Yusuf harus menyumpal hidung dengan bubuk kopi bahkan ada juga temannya yang kesurupan.
Kawan Yusuf yang bernama Pane terus menangis setelah menemukan potongan tubuh mayat.
Dalam buku biografi Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando (2009) dikisahkan, saat RPKAD bersama warga melakukan penggalian, ditemukan timbunan dedaunan segar, batang pohon pisang dan pohon lainnya.
Mereka semakin yakin lubang itu adalah lubang jenazah para jenderal ditimbun karena menemukan potongan kain yang biasa digunakan sebagai tanda oleh pasukan Batalion Infanteri 454/Banteng Raider dari Jawa Tengah dan Batalion Infanteri 530/Raiders dari Jawa Timur.
Ketika kedalaman sudah 8 meter, tercium bau busuk.
Baca: Daftar Tempat Bersejarah Saksi Bisu Peristiwa G30S Beserta Nama Pahlawan Revolusi Indonesia
Malam tanggal 3 Oktober 1965 semakin larut, ketika seorang personel RPKAD berteriak menemukan kaki yang tersembul ke atas dari dalam timbunan.
Sintong Panjaitan meminta penggalian terus dilakukan hingga jenazah para jenderal terlihat agak jelas di kedalaman 12 meter.
Temuan itu langsung dilaporkan kepada Lettu Feisal Tanjung, Komandan Kompi Tanjung Batalion 2 Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) dan diteruskan kepada Panglima Kostrad Mayjen Soeharto.
Lettu Feisal Tanjung yang ikut terlibat operasi penumpasan PKI itu belakangan menjabat sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (kini Tentara Nasional Indonesia/TNI).
Sementara juniornya Sintong Panjaitan, pernah menjabat sebagai Penasihat Presiden Bidang Pertahanan dan Keamanan di era Presiden BJ Habibie pada 1999.
(Artikel ini telah tayang di Serambiwiki.tribunnews.com)
Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Kesaksian Penggali Sumur Lubang Buaya, Tercium Bau Busuk hingga Menangis Temukan Potongan Mayat
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.