Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bank Dunia Apresiasi Sistem Pendistribusian Bantuan Sosial di Indonesia

Michael Wiegand menyoroti bagaimana masih banyaknya masyarakat yang belum terjangkau akses keuangan menjadi tantangan utama pendistribusian bansos

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Bank Dunia Apresiasi Sistem Pendistribusian Bantuan Sosial di Indonesia
HENDRI (HEN)/SERAMBI/HENDRI
PENYALURAN BANTUAN BERAS- Sejumlah warga menerima bantuan beras di Kawasan Lampakuk, Kecamatan Kuta Cot Glie, Aceh Besar, Selasa (29/9/2020). Warga dari Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) menerima bantuan beras masing-masing sebanyak 45 kilogram untuk tiga bulan (15 kilogram/bulan) dalam rangka program Jaring Pengaman Sosial (JPS) penanganan dampak COVID-19.SERAMBI/HENDRI 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste, Satu Kähkönen menyatakan, Indonesia telah berhasil mengubah sistem penyaluran bantuan secara mendasar dalam waktu yang relatif singkat.

Satu menyebut, ada dua pembelajaran dari Indonesia yang patut diikuti seluruh dunia.

Pertama, Program Keluarga Harapan Indonesia merupakan program Conditional Cash Transfer terbesar kedua di seluruh dunia.

Kedua, Program Bantuan Sembako dalam bentuk e-Voucher yang berfokus pada nutrisi penerima manfaat daripada sekedar distribusi beras.

Ini disampaikan Satu saat acara International Webinar “Delivering Social Assistance During the Pandemic: Lessons from Indonesia” yang diselenggarakan MicroSave Consulting, Inke Maris & Associates Consultant dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kementerian Sosial Republik Indonesia, didukung oleh Bill & Melinda Gates belum lama ini.

Acara ini dimoderatori oleh founder & Group Managing Director Microsave Consulting, Graham Wright, perusahaan berpusat di London dengan aktivitas di 50 negara.

Director of the Financial Services for the Poor Bill & Melinda Gates Foundation, Michael Wiegand, menyoroti bagaimana masih banyaknya masyarakat yang belum terjangkau akses keuangan menjadi tantangan utama pendistribusian bansos di masa depan.

Baca juga: Respons Ibunda Saat Jack Brown Makin Moncer Cetak Gol di Timnas U-19 Indonesia

Berita Rekomendasi

“Inklusi keuangan menjadi penting dalam mempermudah proses verifikasi dan otentifikasi target penerima bansos," katanya.
Selain itu, kata dia perempuan menjadi pihak yang paling terdampak dari pandemi, di mana sebagian besar merupakan pekerja informal atau terdampak PHK.

"Mengidentifikasi kebutuhan perempuan dalam mengakses bansos dan mendesain program yang didasari kebutuhan perempuan menjadi penting,” ujar Wiegand.

Menurut Wiegand, terdapat empat fokus area perbaikan. Pertama, memperluas entitas dan agen yang dapat mengakselerasi inklusi keuangan dan memfasilitasi layanan Cash In & Cash Out (CICO), seperti misalnya kantor Pos dan Teknologi Finansial (fintech).

Kedua, sistem yang saling tersambung atau interoperability antara bank pemerintah maupun swasta, kantor pos dan lembaga keuangan lainnya.

Ketiga, bagaimana penerima bansos yang tidak memiliki perangkat mobile tetap dapat mengakses akunnya melalui KTP atau otentikasi biometrik.

Terakhir, penting juga memastikan ketersediaan uang tunai bagi agen layanan Cash In & Cash Out di seluruh Indonesia.

Menteri Sosial yang diwakili oleh Staf Ahli Bidang Teknologi Kesejahteraan Sosial Kemensos RI Andi Dulung mengatakan, berbagai upaya dan capaian yang dilakukan Pemerintah Indonesia dalam rangka memitigasi dampak sosial-ekonomi selama pandemi Covid-19.

Baca juga: Catatan Penanganan Covid-19 Selama 1 Bulan Terakhir, Kasus Aktif Turun 6,79 Persen

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas