Peringati Hari Santri, Gus Ami Luncurkan Platform Digital SantriNet
Muhaimin Iskandar yang juga digelari Panglima Santri mengatakan bahwa dunia pesantren juga terkena imbas dampak pandemik.
Penulis: Hasanudin Aco
Pilihan membangun infrastuktur teknologi di kalangan pesantren adalah pilihan yang tak terhindarkan saat ini.
Pandemi ternyata menyadarkan kita semua bahwa saatnya santri harus mampu merespon dan beradaptasi dengan perubahan global yang begitu cepat.
Menurut Gus AMI, dengan jumlah pesantren sekitar 28 ribuan, ditambah santri mukim dan tidak mukim sebanyak 18 juta, dan pengajarnya berjumlah 1,5 juta, adalah modal sosial yang sangat besar yang jika mampu dikelola dengan baik akan mampu menjadi penggerak perubahan bangsa.
“untuk itu, membangun infrastruktur yang bisa menambal kebuntuan-kebuntuan di masa pandemik adalah keharusan. Dengan ini santri dan pesantren bisa mandiri”, kata gus Muhaimin.
Lebih lanjut Gus AMI juga mengatakan bahwa santri dan pesantren memang sudah saatnya mampu merespon perubahan-perubahan global tanpa tercerabut dari akar tradisi yang diwariskan para masyayikh.
“Itulah yang mampu membentuk karakter santri” tegas Gus AMI.
Saat ini, lanjut Gus AMI, di Indonesia terdapat sekitar 175,4 juta pengguna internet. Artinya, 64% penduduk Indonesia itu mempunyai akses ke dunia maya.
Menurut Gus AMI, jika setiap kita mampu mengajak berapa persen saja dari jumlah itu untuk masuk di platform SantriNet maka kita telah ikut berperan dalam menyebarkan nilai-nilai Islam yang berlandas pada prinsip-prinsip tawassut, tasamuh, ta’adul serta tawazun sebagaimana terkandung dalam ajaran ahlussunah wal jama’ah (Aswaja).
Menurut Gus AMI, satu hal penting ditegaskan bahwa di tengah pandemic dan di era new normal, pesantren tetap harus menjadi garda depan dalam pengembangan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin dan sebagai pusat peradaban Islam Indonesia.
“Mandat dan amanah ini harus dijaga, dan salah satunya adalah dengan tetap menjaga proses dipesantren tidak terhenti melalui pengembangan infrastruktur teknologi di pesantren,” tegasnya.
Dari situlah menurut Gus AMI, peringatan Hari Santri harus menjadi momentum untuk meneguhkan bahwa pesantren sebagai wajah asli Islam Indonesia harus mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan global, temasuk dibidang teknologi.
Dialog-dialog agama dan sains dengan tidak tercerabut dari akar tradisi adalah keniscayaan yang tak bisa ditawar.
Pandemi ini menurut Gus AMI, memaksa kita semua, termasuk santri dan pesantren, untuk merumuskan kembali peran-peran sosial pesantren agar keberadaannya mampu memberikan sumbangan nyata terhadap masyarakat sekitarnya.
“Tanpa peran yang nyata, signifikansi pesantren dikhawatirkan akan meredup”, pungkas Gus AMI.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.