Prabowo-Sandi Masuk Kabinet Jokowi, Politisi Golkar: Tegaskan Rivalitas Pilpres Telah Selesai
Politikus Golkar Ahmad Doli Kurnia Tanjung menyebut masuknya Prabowo-Sandi di Kabinet Jokowi jadi bukti urusan rivalitas Pilpres 2019 selesai.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Politikus Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia Tanjung turut merespons terpilihnya Sandiaga Salahuddin Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf).
Adapun penunjukkan Sandi ini berarti, dua rival Presiden Jokowi saat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 lalu, resmi menjadi pembantunya di Kabinet Indonesia Maju.
Sebelumnya, Calon Presiden 2019 Prabowo Subianto sudah lebih dulu ditunjuk menjadi Menteri Pertahanan.
Baca juga: Kata Pengamat Soal Dua Rival Jokowi saat Pilpres Jadi Menteri: Sangat Tipikal Politik Indonesia
Baca juga: Jadi Rival di Pilpres 2019, Sandiaga Uno Ikuti Jejak Prabowo Jadi Menteri Jokowi, Ini Kata PKS
Kini Jokowi menunjuk Calon Wakil Presiden 2019 Sandiaga Uno sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Doli menuturkan, masuknya Sandi di dalam koalisi membuktikan persaingan atau rivalitas Pilpres 2019 telah usai.
"Sandiaga Uno masuk menjadi salah satu menteri ini menegaskan urusan baper-baperan atau rivalitas Pilpres 2019 sudah finish," kata Doli dalam diskusi daring, Rabu (23/12/2020).
Ia pun mengingatkan agar masyarakat tidak lagi mengaitkan Prabowo-Sandi sebagai kompetitor.
Sebab, kedua elit Politik Partai Gerindra itu telah menyatu dalam koalisi untuk bersama-sama membangun negeri.
"Tidak ada lagi kata Prabowo dan Sandi sebagai kompetitor."
"Karena mereka masuk bagian Kabinet Indonesia Maju dibawah kepempimpinan Jokowi-Makruf," kata Ketua Komisi II DPR RI ini.
Baca juga: Presiden PKS ke Sandiaga: Jangan Lupakan Perjuangan Umat yang Dulu Dukung di Pilpres
Baca juga: Sandiaga Ungkap Alasan Terima Penunjukkan Jokowi Sebagai Menteri Pariwisata
Selain itu, Doli menuturkan, masuknya Sandi dalam Kabinet Jokowi-Makruf juga bisa diartikan sebagai pengakuan.
Yakni pengakuan tentang keputusan yang meyangkut hajat hidup orang banyak, mutlak berada di tangan Presiden.
"Sebenarnya ini juga sebagai pengakuan bahwa Presiden itu powerful, (keputusan apapun) ada di tangan Pak Jokowi."
"Jadi seharusnya tidak adalagi kelompok-kelompok yang terbawa soal rivalitas Presiden," tutur Doli.