Nyawa Lansia Selamat Setelah Lima Jam Tertimbun Longsor di Sumedang, Danramil Ditemukan Tewas
Lansia bernama Ukar yang berusia 80 tahun itu ditemukan petugas gabungan dalam keadaan masih hidup.
Editor: Choirul Arifin
Hingga saat ini, tim gabungan masih melakukan pencarian terhadap korban yang diduga masih tertimbun.
"Kami lagi cari faktor-faktor penyebabnya dulu," ujarnya.
Bencana longsor ini berbarengan dengan curah hujan yang tinggi.
"Sejak memasuki bulan penghujan, anggota sudah disebar untuk memetakan dan melakukan sosialisasi kemungkinan dampak bencana alam. Informasi selanjutnya terbaru akan disampaikan kembali," ucap Yaved.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Kementerian Badan Geologi ESDM , Kasbani menyebut, longsor di Kecamatan Cimanggung Kabupaten Sumedang yang menimbulkan 13 orang tewas, berada di lokasi kemiringan terjal.
"Jenis gerakan tanah diperkirakan berupa longsoran bahan rombakan yang terjadi di lereng atas pemukiman."
"Daerah tersebut kemiringan lereng yang agak terjal. Pelapukan breski dan tufa yang mudah meloloskan air dan di bawah nya merupakan lapisan kedap air sehingga berfungsi sebagai bidang gelincir," ujar Kasbani dalam keterangan tertulisnya.
Titik terjangan longsor berada di Perum Pondok Daud terjadi karena berada di ketinggian sekira 700 hingga 750 mdpl.
"Berdasarkan peta prakiraan terjadi gerakan tanah Januari 2020 di Kabupaten Sumedang, Kecamatan Cimanggung masuk dalam kategori zona potensi gerakan tanah menengah dan tinggi."
"Pada zona ini, dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal dan gerakan tanah lama kembali aktif," ucapnya.
Ia menyebutkan, area longsor terdapat lahan terbuka tanpa vegetasi berakar kuat dan tanpa penguatan lereng.
"Selain itu, saluran drainase yang kurang baik dan bagian bawah lereng merupakan pemukiman atau rumah warga.Hujan yang turun dengan intensitas tinggi menjadi pemicu terjadinya gerakan tanah," ucapnya.
Karena berada di kawasan rawan longsor, ia menyarankan sejumlah hal supaya longsor tidak terjadi lagi di kemudian hari.
"Melandaikan lereng, mengatur drainase dan memperkuat kestabilan lereng dengan pembuatan penahan lereng/ retaining wall yang sesuai dengan kaidah keteknikan."
"Kemudian menanam pohon berakar kuat dan dalam untuk memperkuat lereng dan warga sekitar lokasi sebaiknya diungsikan dulu ke tempat lebih aman untuk sementara," katanya.
PVMBG mengingatkan agar otoritas di Sumedang untuk mewaspadai longsor susulan mengingat daerah itu rawan longsor dan curah hujan diprediksi masih akan tinggi.
"Warga, aparat maupun tim yang bertugas untuk evakuasi harus mengantisipasi potensi longsoran susulan mengingat daerah tersebut masih rawan longsor serta curah hujan yang tinggi. " kata dia.
Relokasi
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) minta warga Perum Pondok Daud, Kampung Bojongkondang, RT 3/10, Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang bersedia direlokasi setelah longsor besar terjadi di kawasan tersebut.
Alasannya, lokasi itu dinilai belum aman karena lokasinya memang rawan longsor akibat lerengnya curam dan tanahnya sangat labil, terlebih saat ini masih masuk musim hujan.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, mengatakan, untuk saat ini sudah ada 150 orang yang tinggal di lokasi pengungsian akibat bencana longsor tersebut.
"Jadi untuk jangka pendek ini, kami harapkan ada kesadaran masyarakat di wilayah lokasi bencana untuk bersedia direlokasi," ujarnya saat meninjau lokasi longsor.
Doni meminta semua warga untuk tidak tinggal di lokasi tersebut, sampai ada hasil kajian dan pendataan dari pemerintah, terkait mana saja rumah yang masih boleh ditempati.
"Kalau sudah diputuskan bahwa kawasan itu zona merah, masyarakat harus ikhlas melepaskan rumah dan tanahnya untuk direlokasi di tempat yang baru," kata Doni.
Atas hal tersebut, kata Doni, Pemkab Sumedang akan menyiapkan lahan desa untuk tempat relokasi bagi masyarakat yang rumahnya sudah tidak boleh ditempati.
Doni mengatakan, terkait hal ini pemerintah juga sudah menyiapkan dana stimulan bagi masyarakat yang menjadi korban bencana.
Untuk korban yang rumahnya rusak berat dapat bantuan Rp 50 juta, rusak sedang Rp 25 juta, dan rusak ringan Rp 10 juta.
"Bagi yang rumahnya rusak berat, bisa sesegera mungkin dibangun oleh pemerintah provinsi didukung oleh TNI dan Polri," ucapnya.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta kepada warga untuk segera melakukan evakuasi mengingat cuaca buruk dan dikhawatirkan terjadi longsor susulan lagi.
"Dimohon (untuk evakuasi dan media) menyesuaikan karena kalau hujan retakan tanah itu masih terjadi. Sesuai protokol, sudah mengevakuasi (warga) di radius rawan ke tempat yang aman," ucapnya.
Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir menyebutkan kondisi lereng di Perum Pondok Daud, Kampung Bojongkondang, RT 3/10, Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang tidak layak dijadikan perumahan.
Menurutnya, kondisi tanah di lereng tersebut sangat labil dan gembur, sehingga hal ini akan menjadi evaluasi Pemerintah Kabupaten Sumedang dalam mengeluarkan perizinan.
"Jangan sampai ada lagi pembangunan di lereng seperti ini, sudah harus dicut ke depannya. Dilihat secara sepintas kan tidak layak ada bangunan di lereng seperti ini," ujar Dony.
Atas hal tersebut, pihaknya akan kembali melakukan kajian terkait perizinan pembangunan perumahan tersebut.
Menurutnya, perizinan perumahan ini keluar pada tahun 2017 yang lalu. "Saya akan mengkaji, ini izinnya tahun 2017 kalau gak salah. Dulu perizinannya seperti apa," katanya.
Sebetulnya, kata Dony, pihaknya sudah memanggil pihak Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kabupaten Sumedang untuk menghentikan izin pembangunan di atas lereng yang tingkat kemiringannya curam.
"Saya sudah menugaskan beberapa bukan ke belakang agar DPMPTSP untuk menyetop kegiatan perumahan yang akan berdampak bencana," ucap Dony.
Terkait penyebab longsor Dony mengira karena terjadi hujan deras dengan durasi yang cukup lama hingga menyebabkan lereng di sekitar perumahan tersebut longsor.
Pendapat senada juga dilontarkan Kapolda Jabar, Irjen Pol Ahmad Dofiri yang menyebut perumahan yang dibangun dilingkungan tebing seperti ini memang tidak layak untuk dihuni, sebab dari sisi lokasi dapat menimbulkan terjadinya tanah longsor.
"Terkait (perizinan perumahan) ini akan kami dalami, sisi perizinanya seperti apa," ujarnya.
Menurutnya, jika melihat kondisi lereng seperti ini di bangun perumahan seyogyanya memang sangat rawan terjadi longsor, sehingga pihaknya perlu melakukan penyelidikan terkait pembangunan perumahan tersebut.
"Nanti selanjutnya akan kita dalami, itu pekerjaan kita," katanya.
Selanjutnya, jika dilihat dari kejadian, kata Dofiri, lokasi longsor ini terjadi dari satu lokasi ke lokasi yang lainnya, di titik yang berbeda tetapi masih satu area.
Terkait pelaksanaan evakuasi, pihaknya masih melihat situasi cuaca, pasalnya pergerakan tanah di lokasi kejadian masih dapat dikatakan rawan.
"Sekali lagi tetap kita perhitungkan kondisi lingkungan alamnya, terlebih lagi kondisi hujan. Kita lihat disini lokasinya memang cukup rawan," katanya.(Tribun Network/man/meg/wly)