Kotak Hitam Sriwijaya Air Ditemukan, KNKT: Butuh Waktu 5 Hari untuk Membaca Flight Data Recorder
untuk membaca data pada Flight Data Recorder yang merupakan bagian dari black box atau kotak hitam dibutuhkan waktu tiga sampai lima hari.
Penulis: Hari Darmawan
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Hari Darmawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebutkan, untuk membaca data pada Flight Data Recorder (FDR) yang merupakan bagian dari black box atau kotak hitam dibutuhkan waktu tiga sampai lima hari.
Menurut Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono, pembacaan data FDR dalam waktu lima hari ini bisa mengungkap misteri kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
"Kami tentunya mengucapkan terima kasih untuk kerja sama yang baik dari berbagai pihak mulai dari TNI, Polri, Kementerian Perhubungan dan stakeholder lainnya yang berhasil menemukan FDR pesawat SJ 182," kata Soerjanto dalam jumpa pers di JICT Tanjung Priok, Selasa (12/1/2021).
Ia juga menjelaskan, penemuan bagian dari black box ini yaitu FDR kondisinya sudah terlepas dari pinger dan saat ini masih harus menemukan bagian lain yaitu Cockpit Voice Recorder (CVR).
"Black box ini sangat penting dan menjadi kunci untuk melakukan investigasi kecelakaan pesawat SJ 182, dan tentunya diharapkan CVR ini dapat segera ditemukan," kata Soerjanto.
Menurut Soerjanto, investigasi yang dilakukan terkait kecelakaan pesawat SJ 182 tentunya untuk mengantisipasi kejadian ini terulang dan untuk masalah keselamatan juga.
Sebagai informasi, FDR sendiri merupakan alat yang dapat merekam data-data penerbangan. FDR dapat merekam data teknis pesawat, seperti ketinggian, kecepatan, putaran mesin, radar, termasuk autopilot.
Selain itu FDR memiliki kemampuan untuk merekam hingga 25-30 jam, dan setelah melewati waktu tersebut data pada FDR akan terhapus.
Dalam rangkaian black box pesawat terdiri dari dua komponen, yaitu FDR dan CVR. CVR dapat melakukan perekam suara kokpit sehingga data-data percakapan pilot di dalam kokpit dapat diketahui.
Black Box Ditemukan
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, kotak hitam pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di sekitar wilayah Kepulauan Seribu telah ditemukan.
Ia menyebutkan, kotak hitam yang berhasil ditemukan pada hari ini Selasa (12/1/2021) merupakan Flight Data Recorder (FDR).
Budi Karya juga menjelaskan, FDR ini sudah diangkat dari kedalaman laut dan sedang dalam perjalanan untuk diserahkan kepada Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
"Penemuan kotak hitam FDR ini, tentunya karena kerja sama yang sangat baik dari pihak terkait seperti TNI, Polri, Basarnas, Kementerian Perhubungan, KNKT dan juga stakeholder lainnya," ucap Budi dalam jumpa pers di JICT Tanjung Priok, Selasa (12/1/2021).
Sementara itu menurut Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, kotak hitam yaitu FDR ditemukan pukul 15.40 beserta dengan underwater pinger.
Menurutnya, saat ini masih ada bagian penting dari kotak hitam yang belum ditemukan yaitu Cockpit Voice Recorder (CVR) dan masih dilakukan pencairan.
"Pencarian CVR ini harus ditemukan tanpa dibantu dengan underwater pinger, karena bagian pinger di FDR dan CVR ditemukan terlepas dari dua bagian ini," ucap Panglima TNI Marsekal Hadi.
Tetapi, lanjut Panglima TNI Marsekal Hadi, CVR diyakini tidak akan jauh dari lokasi ditemukannya FDR dan tentunya akan terus dilakukan pencarian agar dapat langsung dilakukan investigasi oleh KNKT.
"Kotak hitam yang akan segera tiba 10 menit lagi, akan langsung kami serahkan kepada KNKT untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut," kata Panglima TNI Marsekal Hadi.
Lebih lanjut ia juga mengungkapkan, bahwa operasi belum selesai dan akan terus dilanjutkan untuk melakukan evakuasi korban serta potongan bodi pesawat harus SJ 182 ini harus diangkat untuk keperluan penyelidikan lebih lanjut.
CVR Sriwijaya Air SJ 182 Harus Dicari Tanpa Bantuan Deteksi Sinyal
Tim gabungan yang dipimpin oleh Basarnas telah menemukan bagian dari kotak hitam (black box) yakni Flight Data Recorder (FDR) pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto pun menjelaskan tahapan dari temuan tersebut.
Ia menyampaikan, pada pukul 14.00 WIB, dirinya memperoleh informasi dari Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Yudo Margono, bahwa ada temuan pecahan dan Underwater Locator Beacon (ULB) atau pinger di titik yang telah ditandai.
Baca juga: Apa itu Black Box? Ini Fungsi dan Cara Kerja Black Box, Komponen Penting di Pesawat
"Hari ini tepat jam 14.00 WIB, Kepala Sttaf Angkatan Laut menyampaikan informasi kepada saya, bahwa sesuai dengan perkiraan yang sudah ditentukan di wilayaj yang sudah ditandai, telah ditemukan bagian dari Flight Data Recorder jam 14.00. Bagian yang ditemukan justru adalah pecahan dan Underwater Locator Beacon yang fungsinya adalah memberikan sinyal," ujar Hadi, dalam konferensi pers di Jakarta International Container Terminal (JICT) II, Jakarta Utara, Selasa (12/1/2021) sore.
Baca juga: Cara Kerja Black Box, Teknologi yang Dapat Mengungkap Penyebab Kecelakaan Pesawat
Kemudian Hadi langsung meminta agar pencarian terhadap FDR itu terus dilakukan di titik tersebut.
"Saya meminta agar terus dicari FDR yang kemungkinan besar yang menjadi perkiraan kita sebelumnya," kata Hadi.
Selanjutnya, Kasal Yudo Margono kembali melaporkan temuan terbaru tim penyelam pada pukul 16.40 WIB, yakni ditemukannya FDR dan dua ULB yang ternyata terlepas dari Cockpit Voice Recorder (CVR).
"Pukul 16.40, Kepala Staf Angkatan Laut melaporkan kembali bahwa Flight Data Recorder sudah ditemukan dan dilaporkan pula bahwa Underwater Locator Beacon ditemukan sebanyak dua," jelas Hadi.
Sehingga saat ini tim penyelam harus mencari CVR tersebut tanpa dibantu sinyal atau bunyi dari ULB atau pinger.
"Artinya, satu lagi Cockpit Voice Recorder masih perlu dicari dengan tanpa adanya bantuan Beacon tersebut," tegas Hadi.
Kendati demikian, Hadi meyakini CVR itu tidak jauh dari lokasi ditemukannya ULB yang seharusnya juga melekat pada CVR.
"Namun kami meyakini semua bahwa karena Beacon yang ada di Cockpit Voice juga ditemukan di sekitar itu, maka dengan keyakinan yang tinggi Cockpit Voice juga akan segera ditemukan," pungkas Hadi.
Sebelumnya, hal ini sempat terjadi pada temuan black box pesawat Air Asia QZ8501 yang jatuh pada 2015 lalu.
Seperti yang disampaikan mantan Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Tatang Kurniadi dalam tayangan Kompas TV, Senin (11/1/2021) kemarin.
"Mudah-mudahan si pinger ini tidak loncat dari black box nya. Sehingga yang dicari, black boxnya ada di situ. Pengalaman AirAsia, ini lepas, si pingernya itu lepas, tidak dengan black boxnya," kata Tatang.
Sebelumnya, pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ-182 dengan rute Jakarta (CGK) - Pontianak (PNK) telah kehilangan kontak pada Sabtu (9/1/2021), pukul 14.40 WIB.
Pesawat Boeing 737-500 ini jatuh di perairan Kepulauan Seribu.
Dalam pesawat naas ini, terdapat 6 kru aktif serta 6 kru tambahan, 40 penumpang dewasa, 7 anak-anak dan 3 bayi.
KNKT Menduga Mesin Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Masih Hidup Sebelum Membentur Air
Komite Nasional Keselamatan Transportasi ( KNKT) tengah melakukan investigasi terkait kecelakaan yang meninpa pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di Perairan Kepulauan Seribu, setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Supadio Pontianak.
Ketua KNKT Sorjanto mengatakan, pihaknya telah mengumpulkan data radar (ADS-B) dari AirNav Indonesia.
Berdasarkan data tersebut, tercatat pesawat mengudara pada pukul 14.36 WIB, terbang menuju arah Barat Laut.
Baca juga: Menhub Tinjau Proses Identifikasi Jenazah Korban Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di RS Polri
Pada pukul 14.40 WIB pesawat mencapai ketinggian 10.900 kaki. Selanjutnya, pesawat tercatat mulai turun dan dari data terakhir pesawat berada pada ketinggian 250 kaki.
“Terekamnya data sampai 250 kaki mengindikasikan bahwa sistem pesawat masih berfungsi dan mampu mengirim data. Dari data ini kami menduga bahwa mesin masih dalam kondisi hidup sebelum pesawat membentur air,” ujar Soerjanto dalam keterangan resminya, Selasa (12/1/2021).
Baca juga: Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Mulai Kelelahan, PMI Berikan Layanan Kesehatan
Selain itu, lanjut Soerjanto, pihaknya juga mendapat data dari KRI Rigel terkait sebaran wreckage memiliki besaran dengan lebar 100 meter dan panjang 300 sampai 400 meter.
“Luas sebaran ini konsisten dengan dugaan bahwa pesawat tidak mengalami ledakan sebelum membentur air,” kata dia.
Sorjanto menambahkan, temuan bagian pesawat yang telah dikumpulkan Basarnas salah satunya adalah bagian mesin, yaitu turbin disc dengan fan blade yang mengalami kerusakan.
“Kerusakan pada fan blade menunjukan bahwa kondisi mesin masih bekerja saat mengalami benturan. Hal ini sejalan dengan dugaan sistem pesawat masih berfungsi sampai dengan pesawat pada ketingguan 250 kaki,” ungkapnya.
Upaya pencarian black box berupa flight data recorder (FDR) dan cockpit voice recorder (CVR) telah menangkap sinyal dari locator beacon.
“Dari sinyal yang diperoleh sudah dilakukan pengukuran dengan triangulasi dan telah ditentukan perkiraan lokasi seluas 90 meter persegi. Sejak pagi hari tanggal 11 Januari tim penyelam sudah mencari di lokasi yang sudah diperkirakan. Sampai dengan sore hari, black box belum ditemukan dan pencarian masih dilakukan,” ucap dia.
Soerjanto menegaskan, hingga saat ini proses investigasi masih terus berlangsung dan akan melakukan beberapa kegiatan. Misalnya melanjutkan pencarian black box, pengumpulan data pesawat dan awak pesawat, serta melakukan interview dengan pihak terkait.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "KNKT: Kami Duga Mesin Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Masih Hidup Sebelum Membentur Air"