Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Saat Ditemukan Black Box Sriwijaya Air Tertimbun Puing Pesawat, CVR Masih Dicari

Kotak hitam yang ditemukan tersebut adalah Flight Data Recorder (FDR), sementara Cockpit Voice Recorder (CVR) masih terus dicari.

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Saat Ditemukan Black Box Sriwijaya Air Tertimbun Puing Pesawat, CVR Masih Dicari
Tribunnews/Irwan Rismawan
Flight Data Recorder (FDR) pesawat Sriwijaya Air PK-CLC nomor penerbangan SJ-182 yang ditemukan di perairan Kepulauan Seribu saat ditunjukkan di Dermaga JICT, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (12/1/2021). Tribunnews/Irwan Rismawan 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim SAR gabungan berhasil menemukan kotak hitam alias black box pesawat Boeing 737-500 milik maskapai Sriwijaya Air yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta.

Kotak hitam yang ditemukan tersebut adalah Flight Data Recorder (FDR), sementara Cockpit Voice Recorder (CVR) masih terus dicari.

Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan FDR ini sudah
diangkat dari kedalaman laut dan sedang dalam perjalanan untuk diserahkan kepada
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

"Penemuan kotak hitam FDR ini, tentunya karena kerja sama yang sangat baik dari pihak terkait seperti TNI, Polri, Basarnas, Kementerian Perhubungan, KNKT dan juga stakeholder lainnya," ucap Budi dalam jumpa pers di JICT Tanjung Priok, Selasa (12/1/2021).

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan, kotak hitam yaitu
FDR ditemukan pukul 15.40 beserta dengan underwater pinger.

Menurutnya, saat ini masih ada bagian penting dari kotak hitam yang belum ditemukan yaitu Cockpit Voice Recorder (CVR) dan masih dilakukan pencairan.

"Pencarian CVR ini harus ditemukan tanpa dibantu dengan underwater pinger, karena
bagian pinger di FDR dan CVR ditemukan terlepas dari dua bagian ini," ucap Panglima
TNI Marsekal Hadi.

Baca juga: Kisah Makmur Ajie, Penyelam Profesional yang Diterjunkan Mencari Korban Sriwijaya Air SJ-182

BERITA TERKAIT

CVR diyakini tidak akan jauh dari lokasi ditemukannya FDR dan tentunya akan terus dilakukan pencarian agar dapat langsung dilakukan investigasi oleh KNKT.

Baca juga: Cerita 7 Penumpang Pindahan NAM Air yang Ikut Jadi Korban Sriwijaya Air SJ-182

"Kotak hitam yang akan segera tiba 10 menit lagi, akan langsung kami serahkan
kepada KNKT untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut," kata Panglima TNI Marsekal
Hadi.

Dia juga mengungkapkan, bahwa operasi belum selesai dan akan terus
dilanjutkan untuk melakukan evakuasi korban serta potongan bodi pesawat harus SJ
182 ini harus diangkat untuk keperluan penyelidikan lebih lanjut.

Kotak hitam berupa FDR ditemukan di antara Pulau Laki dan Lancang, Kepulauan Seribu.
Komandan Satuan Tugas Laut (Dansatgasla) Operasi SAR Sriwijaya Air, Laksamana
Pertama Yayan Sofyan menjelaskan FDR ditemukan di timbunan puing pesawat
Sriwijaya Air PK-CLC, SJ-182 tujuan Jakarta-Pontianak.

"Dugaan kita sepertinya demikian (tertimbun puing)," ujar Yayan.

Pantauan di lokasi, kotak hitam dimasukkan ke dalam boks yang berisi air berwarna
cokelat.

Selanjutnya, dibawa menggunakan Sea Rider oleh beberapa penyelam di antaranya Kopaska dan Dislambair.

Kotak hitam itu dibawa oleh Dansatgasla Operasi SAR Sriwijaya Air Laksamana Pertama Yayan Sofyan dan Direktur Operasional Puskopaska Kolonel Laut (P) Johan Wahyudi.

Baca juga: Menangis Histeris, Kehilangan Istri dan 3 Anak di Insiden Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebutkan, untuk membaca data pada Flight Data Recorder (FDR) yang merupakan bagian dari black box atau kotak hitam dibutuhkan waktu tiga sampai lima hari.

Baca juga: Kisah Korban Sriwijaya Air: Pramugari Mia Minta Rumah Dibersihkan, Isti Sempat Video Call Ibunya

Menurut Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono, pembacaan data FDR dalam waktu lima hari ini bisa mengungkap misteri kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182.

"Kami tentunya mengucapkan terima kasih untuk kerja sama yang baik dari berbagai pihak mulai dari TNI, Polri, Kementerian Perhubungan dan stakeholder lainnya yang berhasil menemukan FDR pesawat SJ182," kata Soerjanto.

Ia juga menjelaskan, penemuan bagian dari black box ini yaitu FDR kondisinya sudah
terlepas dari pinger dan saat ini masih harus menemukan bagian lain yaitu Cockpit
Voice Recorder (CVR).

"Black box ini sangat penting dan menjadi kunci untuk melakukan investigasi kecelakaan pesawat SJ 182, dan tentunya diharapkan CVR ini dapat segera ditemukan," kata Soerjanto.

Menurut Soerjanto, investigasi yang dilakukan terkait kecelakaan pesawat SJ 182
tentunya untuk mengantisipasi kejadian ini terulang dan untuk masalah keselamatan
juga.

Sebagai informasi, FDR merupakan alat yang dapat merekam data-data penerbangan. FDR dapat merekam data teknis pesawat, seperti ketinggian, kecepatan, putaran mesin, radar, termasuk autopilot.

Selain itu FDR memiliki kemampuan untuk merekam hingga 25-30 jam, dan setelah
melewati waktu tersebut data pada FDR akan terhapus.

Dalam rangkaian black box pesawat terdiri dari dua komponen, yaitu FDR dan CVR. CVR dapat melakukan perekam suara kokpit sehingga data-data percakapan pilot di dalam kokpit dapat diketahui.

Baik CVR dan FDR terdiri dari tiga bagian. Pertama adalah kotak yang menghubungkan
black box dengan instrumen yang akan direkam.

Kedua adalah kotak tempat alat untuk merekam berada seperti kaset, CD, atau chip. Sedangkan yang bundar adalah Underwater Locator Beacon (ULB) yang bisa dilacak sinyalnya apabila pesawat jatuh ke dalam air.

Data yang diperoleh lantas ditampilkan dalam bentuk grafik maupun transkrip apabila
data tersebut berupa percakapan.

Kemudian data bisa divisualkan dengan animasi melalui software yang salah satunya bernama Insight View. Dengan demikian bisa diperkirakan posisi pesawat terakhir sebelum kecelakaan.

Dalam laporan final KNKT yang bisa dilihat di situsnya, KNKT membandingkan antara
data CVR dan FDR tersebut. Misalnya saat pilot meminta pada ATC, saat itu ketinggian
pesawat berapa dan kecepatan angin berapa.

Black box sengaja didesain untuk tahan air, tahan benturan, dan tahan panas. Benda
ini bisa tahan air sampai dengan 2 bulan.

Black box juga diberi warna mencolok, oranye, sesuai standar ICAO dan agar mudah ditemukan. Kedua black box ini juga ditaruh di bagian belakang, tepatnya di bagian ekor pesawat. (Tribun Network/har/fit/gta/wly)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas