Batu-batu Jumbo dan Panas Berguguran dari Puncak Barat Daya Gunung Merapi
Arah guguran ke barat daya, mengikuti jalur luncuran yang sudah terbentuk, mengarah ke hulu Kali Krasak dan Kali Boyong.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Guguran lava terus terjadi dalam frekuensi lumayan intensif di Gunung Merapi. Pengamatan secara visual dilakukan tribunnews.com sepanjang Kamis (4/2/2021) pagi hingga siang.
Aktivitas vulkanik gunung berapi berketinggian 2.930 mdpl masih memperlihatkan intensitas tinggi, meski kecenderungan kegempaan bergerak turun.
Pengamatan langsung dilakukan di dua titik, jembatan gantung Kali Boyong Kemiri, Purwobinangun dan GOR atau Lapangan Kaliurang Hargobinangun sejak pukul 06.00 hingga 12.00.
Di rentang periode itu sekurangnya terjadi 7-8 kali guguran material, dari guguran kecil hingga cukup besar yang jarak luncur materialnya antara 100 hingga 800 meter dari puncak.
Arah guguran ke barat daya, mengikuti jalur luncuran yang sudah terbentuk, mengarah ke hulu Kali Krasak dan Kali Boyong.
Jika guguran besar dan jarak luncur panjang, dominan mengarah ke alur Kali Boyong, yang jalurnya membelah kawasan Kaliurang (Hargobinangun), dan Dusun Turgo (Purwobinangun), Sleman, DIY.
Pukul 05.00 Terjadi Luncuran Panjang Lava Pijar
Sebelum pukul 06.00, guguran material dan lava pijar cukup besar terjadi sekira pukul 05.00 WIB, mengarah ke barat daya.
Di kegelapan malam, luncuran lava pijar bisa teramati menimbulkan pijar api memanjang sangat terang. Jarak luncur, sesuai data pengamatan BPPTKG Yogyakarta mencapai antara 800-1.000 meter dari puncak.
Berdasarkan pengamatan visual langsung menggunakan monokuler, kamera tele, serta video pembesaran 90 kali menggunakan handycam, guguran batu-batu kecil hingga besar tampak jelas.
Beberapa kali secara langsung terdengar suara ‘gemludug’ batu-batu jumbo membentur tebing atau bertumbukan satu sama lain saat meluncur turun.
Ukuran batu atau material lava beku yang berguguran bervariasi kecil hingga besar, yang diperkirakan paling besar ada yang seukuran mobil.
Batu-batu yang berukuran besar terlihat masih bersemu merah (api) meluncur sangat cepat menuruni lereng curam.
Bahkan ada yang terlihat meloncat-loncat karena membentur permukaan lereng yang tidak rata.
Saat bertumbukan dengan tebing atau batu yang ada di jalur luncuran, terlihat batu yang berguguran pecah berantakan menjadi ukuran lebih kecil.
Dilihat dari pengamatan monokuler, sumber guguran tidak dari satu titik di area kubah lava 2021. Tapi terkadang terjadi di tengah, di bawah gundukan, dan sudut kanan bawah kubah lava baru itu.
Kubah lava 2021 terlihat sangat jelas sudah membentuk gundukan baru berwarna hitam sesudah letusan besar Rabu, 27 Januari 2021.
Sesudah erupsi yang memicu awan panas sejauh 3,5 kilometer ke hulu Kali Boyong, bentuk kubah lava 2021 berubah signifikan. Sebagian runtuh.
Cuaca saat pengamatan visual Kamis pagi hingga siang cerah tanpa awan. Gunung Merapi bisa dilihat sangat jelas mulai kaki hingga puncaknya di seckor selatan dan barat daya.
Termasuk bisa mengamati sekurangnya ada tdua titik material berwarna hitam di jalur guguran, maupun di jalur menuju Kali Krasak.
Gundukan berwarna hitam itu sepanjang Rabu 93/2/2021) menimbulkan ‘kegaduhan” di media sosial, memunculkan isu ada kubah baru di lereng Merapi.
Kepala BPPTKG Yogyakarta, Dr Hanik Humaida, menegaskan meterial (gundukan) hitam yang terlihat di lereng bukan kubah lava baru.
"Berdasarkan hasil observasi, material tersebut terlihat tidak berpijar, tidak teramati adanya asap di material tersebut, serta tidak terdapat rekahan di sekeliling material. Kami simpulkan material tersebut adalah material vulkanik yang terbawa oleh aliran awanpanas guguran," kata Hanik.
Data Aktivitas Sepanjang Kamis Dini Hari Hingga Pagi
Data laporan pengamatan Kamis (4/2/2021) pukul 00.00-06.00 WIB, terjadi sembilan (9) kali guguran lava pijar mengarah ke barat daya (hulu Kali Krasak dan Kali Boyong).
Cuaca pada periode itu cerah dan berawan. Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah timur. Suhu udara 14-20 °C, kelembaban udara 76-97 persen, dan tekanan udara 567-687 mmHg.
Gunung bisa diamati secara jelas, asap kawah (solfatara) teramati berwarna putih, intensitas tebal, tinggi 50 meter di atas puncak kawah, mengarah ke timur.
Data kegempaan sepanjang periode itu, total ada 26 kali gempa guguran beramplitudo 4-35 mm, durasi 18-94 detik. Gempa hybrid/fase banyak terjadi sekali, amplitudo 3 mm durasi 6 detik.
Sehari sebelumnya, BPPTKG Yogyakarta melaporkan terjadi hujan di puncak Merapi antara pukul 14.02-15.25 WIB, intensitas curah hujan sebesar 14 mm/jam.
Hujan cukup besar itu terpantau mengalirkan material vulkanik dari lereng ke Kali Boyong di sebelah timur Dusun Turgo. Intensitas masih kecil.
Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida terus meminta masyarakat memantau informasi aktivitas Gunung Merapi dari sumber yang terpercaya.
BPPTKG Yogyakarta masih merekomendasikan Pemerintah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten agar melakukan upaya mitigasi menghadapi ancaman bahaya erupsi Merapi yang terjadi saat ini.
Berikutnya, masyarakat diimbau tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya, serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan dipuncak Merapi.
Aktivitas penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Merapi dalam KRB III direkomendasikan untuk dihentikan.
Pelaku wisata direkomendasikan tidak melakukan kegiatan pada daerah potensi bahaya dan bukaan kawah sejauh 5 kilometer dari puncak gunung.
Informasi aktivitas Gunung Merapi dapat diakses melalui Pos Pengamatan Gunung Merapi terdekat, radio komunikasi pada frekuensi 165.075 MHz.
Juga bisa mengakses situs web merapi.bgl.esdm.go.id, media sosial BPPTKG, atau ke kantor BPPTKG di Jalan Cendana 15 Yogyakarta, Telepon (0274) 514180-514192.(Tribunnews.com/xna)