KLHK Sebut Kualitas Udara Membaik Selama Pandemi, Benarkah? Ini Analisa Aktivis Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan bahwa kualitas udara membaik selama pandemi. Ini pendapat aktivis lingkungan.
Editor: Anita K Wardhani
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Baru-baru ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan bahwa kualitas udara membaik selama pandemi.
Peningkatan Indeks Kualitas Udara (IKU) sebesar 0,65 poin pada 2020. IKU tahun lalu mencapai 87,21 poin, sementara di tahun 2019 angkanya berada di 86,56 poin.
Data ini dikutip Tribunnews.com dari Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan LIngkungan (Dirjen PPKL) KLHK pada konferensi pers daring, Rabu (24/2/2021).
Disebut jika pandemi Covid-19 memengaruhi betul kualitas udara. Disebabkan produksi industri yang merosot dan pembatasan mobilitas kendaraan bermotor.
Baca juga: Terlalu Lama Hirup Polusi Dapat Sebabkan Kanker, Begini Cara Menghindarinya
Baca juga: Pengawasan Lemah, Ketua DPRD DKI Sebut Lingkungan MRT Jakarta Rawan Sabotase
Namun Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Bondan Andriyanu punya pendapat lain. IKU hanya mengukur dua jenis polusi udara yaitu SO2 dan O2. Nyatanya masih banyak jenis polutan lainnya.
Padahal terkait parameter jenis polutan bisa dilihat dari regulasi yang telahpemerintah buat sendiri.
Yaitu pada peraturan Menteri LHK No. 14 Tahun 2020 parameter polutan yang digunakan dalam ISPU meliputi partikulat (PM10 dan PM2,5), karbon monoksida (CO), nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), ozon (03) dan Hidrokarbon.
Selain itu menurutnya, kualitas udara membaik tidak sekadar disebabkan oleh faktor pandemi saja. Salah satu faktor terbesar adalah karena iklim dan cuaca.
"Tingkat mobilitas selama Covid-19 mungkin berkurang hanya tidak sampai 100%. Masih saja ditemukan beberapa titik kemacetan. Pengaruh besar karena faktor cuaca. Musim penghujan di Jakarta khsususnya, sehingga terjadi penyapuan polutan," ungkap Bondan saat diwawancarai, Kamis (25/2/2021).
Greenpeace Indonesia pun memiliki analisis terkait kualitas udara di Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat sepanjang 2020.
Jika berdasarkan berdasarkan parameter PM2,5 maka mayoritas kualitas udara Jakarta berada di kategori sedang, tidak sehat untuk kelompok sensitif, dan tidak sehat.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.