Soal Temuan Mutasi Baru Corona B117, Perlu Riset Bagaimana Efikasi Vaksin Terhadap Strain Ini
Hasil riset nantinya menjawab apakah vaksin yang digunakan pemerintah masih menunjukkan efektivitas yang tinggi terhadap strain baru Covid-19.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kemunculan strain baru virus corona (Covid-19) dari mutasi SARSCoV2 di Indonesia yang berasal dari Inggris dan disebut 'B117', menimbulkan pertanyaan baru.
Apakah program vaksinasi yang digiatkan pemerintah masih efektif melawan temuan baru ini?
Perlu diketahui, saat ini pemerintah menggunakan vaksin 'Sinovac' yang diproduksi oleh perusahaan biofarmasi asal China, Sinovac Biotech Ltd.
Proses vaksinasi pun telah memasuki tahap kedua yang menargetkan kelompok lanjut usia (lansia) dan petugas pelayanan publik.
Baca juga: Vaksin Merah Putih Lebih Murah dari Vaksin Impor? Menristek Beri Penjelasan Begini Soal Itu
Sedangkan tahap pertama telah dilangsungkan dengan menargetkan tenaga kesehatan (nakes).
Vaksinasi yang menggunakan vaksin Sinovac ini memerlukan dua kali dosis suntikan yang diberi jeda 14 hari, ini dilakukan untuk membentuk antibodi pada tubuh.
Lalu apakah vaksinasi yang tengah dilakukan saat ini efektif dalam melawan strain baru Covid-19?
Epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan bahwa pemerintah harus melakukan riset terhadap strain baru yang disebut B117 dan diduga berasal dari Inggris ini.
"Terkait vaksin, ya harus jujur kita akui kita harus lakukan riset, harus kita ada riset terhadap strain baru ini," ujar Dicky, Kepada Tribunnews, Selasa (2/3/2021).
Baca juga: Waspada Mutasi Baru Corona B117 yang Diyakini Lebih Menular, Apakah Vaksin Resmi Saat Ini Efektif?
Hasil riset nantinya menjawab apakah vaksin yang digunakan pemerintah masih menunjukkan efektivitas yang tinggi terhadap strain baru Covid-19.
Atau malah justru menunjukkan efikasi yang turun terhadap mereka yang telah mendapatkan vaksinasi.
"Apakah masih efektif, seberapa (efektif)? Kalau efektif ya saya kira ada, tapi seberapa jauh pengaruhnya?. Menurunkan efikasi atau tidak, tentu harus diketahui melalui riset," ujar Dicky, kepada Tribunnews, Selasa (2/3/2021).
Kendati demikian, ia menegaskan bahwa efektivitas vaksin terhadap virus ini tetap ada, namun persentasenya belum bisa dipastikan.
Terutama jika merujuk pada strain baru yang diduga berasal dari Inggris ini.
"Bahwa itu ada dampak atau efek protektif, saya kira masih ada, apalagi ini kalau bicara strain baru yang ditemukan dari Inggris," kata Dicky.
Menurutnya, lain halnya jika strain yang masuk ke Indonesia berasal dari mutasi SARS-CoV-2 yang berasal dari Afrika Selatan (Afsel).
Ia bisa memperkirakan adanya penurunan efikasi mereka yang tervaksinasi saat menghadapi strain virus yang disebut lebih menular jika dibandingkan temuan strain di Inggris.
Kendati demikian, penurunan efikasi ini pun masih belum bisa dipastikan 'berapa angkanya'.
"Tapi kalau strain baru yang Afrika Selatan, ya kita bisa memprediksinya pasti ada penurunan (efikasi), tapi berapa?," jelas Dicky.
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya melakukan riset terhadap strain baru 'B117' ini.
"Sekali lagi ini semua harus berbasis data, riset ini yang harus kita lakukan," pungkas Dicky.
Sebelumnya, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengatakan bahwa Indonesia telah menemukan mutasi baru SARSCoV2 yang disebut B117.
"Kalau 1 tahun yang lalu kita menemukan kasus 01 dan 02 Covid-19, tadi malam saya mendapatkan informasi bahwa dalam tepat 1 tahun hari ini, kita menemukan mutasi B117, UK mutation di Indonesia," kata Dante, dalam webinar Peringatan 1 Tahun Covid-19 yang digelar Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN), Selasa (2/3/2021).