5 Fakta Jelang Freddy Budiman Dieksekusi Mati, Salat Isya Berjamaah hingga Pesan kepada Putranya
Lima tahun berselang, anak dari Freddy Budiman, Fikri, memberanikan diri untuk muncul ke publik guna menceritakan sisi lain dari sang ayah.
Penulis: Hasanudin Aco
Pada 28 Juli 2016 atau sehari sebelum eksekusi mati, Freddy masih diizinkan untuk bertemu sang anak dan tiga anggota keluarga lainnya.
Lagi-lagi, Freddy tidak pernah membahas tentang kasus narkoba yang menjeratnya.
Freddy hanya menghabiskan sisa waktunya untuk shalat berjemaah dengan sang anak, makan bersama, mengaji, dan bercerita seputar kehidupan pribadi sang anak.
Sehari jelang eksekusi mati, Freddy sempat meminta satu permintaan kepada petugas LP Nusakambangan, yakni tidur bersama Fikri di dalam ruangan pribadinya.
Namun, permintaan Freddy ditolak petugas karena dikhawatirkan mengganggu psikologis Fikri.
Pada 29 Juli 2016 atau hari eksekusi mati, Freddy pun masih diberi kesempatan untuk bertemu Fikri.
Kala itu, Freddy berpesan kepada Fikri untuk menjadi laki-laki kuat dan bisa memperjuangkan kehidupannya.
"Pesan papa waktu itu adalah Dede (Fikri) boleh nangis sebanyak-banyakmya, setelah papa enggak ada, setelah dede keluar dari lapas (LP Nusakambangan) ini, jadi laki-laki kuat, jadi laki-laki yang kuat mental dan bisa berjuang di kehidupannya," kata Fikri.
5. Salat Isya sebelum dieksekusi
Menjelang Maghrib, petugas LP Nusakambangan memberitahu bahwa jam besuk telah habis.
Namun, Freddy meminta waktu tambahan kepada petugas karena ingin menjalankan shalat isya berjemaah dengan sang anak.
"Sebelum shalat maghrib, petugas datang nyamperin, "Pak, mohon maaf waktunya udah habis".
Waktu itu papa masih enggak mau, (Freddy bilang) "Saya minta sampai shalat isya", dibolehin (oleh petugas)," ujar Fikri.
Saat shalat isya berjemaah dengan sang anak, Freddy seperti biasa bertindak sebagai imam.