Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

BMKG Buat Grup WA Pengungsi Korban Banjir NTT, Infokan Perkembangan Cuaca dan Peringatan Dini

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membuat WhatsApp Group (WAG) atau Grup WA para pengungsi korban bencana banjir bandang di NTT.

Penulis: Wahyu Gilang Putranto
Editor: Daryono
zoom-in BMKG Buat Grup WA Pengungsi Korban Banjir NTT, Infokan Perkembangan Cuaca dan Peringatan Dini
Grid.ID
Ilustrasi WhatsApp - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membuat WhatsApp Group (WAG) atau Grup WA para pengungsi korban bencana banjir bandang di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). 

TRIBUNNEWS.COM - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membuat WhatsApp Group (WAG) atau Grup WA para pengungsi korban bencana banjir bandang di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Hal itu diungkapkan Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.

Dwikorita menyebut, setidaknya ada tujuh stasiun BMKG yang diterjunkan ke lokasi pengungsian.

Petugas BMKG yang diterjunkan akan menenangkan dan memberikan penjelasan kepada pengungsi tentang apa yang terjadi.

"Juga untuk membuat WA Group pengungsi, agar perkembangan cuaca dan peringatan dini dapat segera tersebar melalui WA Group pengungsi tersebut," ungkapnya dalam rapat koordinasi virtual, Selasa (6/4/2021) pagi, yang ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden.

Baca juga: Potret Kepala BNPB Doni Monardo Tinjau Bencana Banjir Bandang NTT

Baca juga: Polri Kerahkan Mobil Dapur Umum, Kapal hingga Perahu Karet Bantu Korban Banjir NTT

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati (dok pribadi)

Dalam rapat tersebut, Dwikorita menyebut jika siklon tropis Seroja ini merupakan siklon ke-10 yang terdeteksi.

"Yang nampaknya merupakan yang paling kuat dari yang sebelum-sebelumnya," ungkap Dwikorita.

Berita Rekomendasi

Ia menyebut, fenomena ini merupakan dampak dari naiknya suhu muka air laut di wilayah perairan tersebut.

"Tercatat sudah mencapai 30 derajat celcius, yang semestinya rata-rata sekitar 26 derajat celcius," ungkapnya.

Dwikorita mengungkapkan, puncak siklon dengan kondisi berpengaruh di NTT telah terjadi pada Senin, (5/4/2021) dini hari.

Saat ini, kata Dwikorita, siklon tersebut sudah mulai menjauh dari wilayah NTT.

"Dari peta (siklon) ini bergerak ke arah barat daya, kecepatannya meningkat," ungkap Dwikorita.

Baca juga: Terdampak Banjir dan Longsor, Johnny G. Plate: Pemulihan Layanan Telekomunikasi Terus Berlangsung

Siklon Tropis

Sebelumnya diberitakan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendeteksi adanya siklon tropis pada Senin (5/4/2021) pukul 01.00 WIB dini hari.

Adapun siklon ini berkembang dari bibit siklon yang sudah dideteksi sejak 2 April 2021 lalu.

"Saat bibit saja sudah menimbulkan bencana, apabila benar-benar menjadi siklon, maka dikhawatirkan akan meningkatkan tingkat risikonya," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daring, Minggu (4/4/2021).

Masyarakat terutama yang ada di NTT, dikatakan Dwikorita, diminta waspada terhadap cuaca buruk yang akan terjadi dan masih berlanjut.

"Jadi BMKG sebagai Jakarta Tropical Cyclone Warning Center sejak 2 April sudah mendeteksi adanya bibit siklon tropis 99s yang mulai terbentuk di sekitar Laut Sawuh NTT," lanjutnya.

Banjir memporakporandakan rumah warga di Kabupaten Flores Timur, NTT, Minggu (4/4/2021).(Dokumen warga/istimewa)
Banjir memporakporandakan rumah warga di Kabupaten Flores Timur, NTT, Minggu (4/4/2021).(Dokumen warga/istimewa) (Kompas.com)

"BMKG telah mengeluarkan peringatan cuaca ekstrem sebagai dampak dari bibit siklon tersebut sejak 2 April yang lalu," tambah Dwikorita.

Dwikorita menjelaskan, bibit siklon tersebut menimbulkan cuaca ekstrem sesuai prediksi yakni hujan lebat, angin kencang, gelombang tinggi, dan berdampak bencana hidrometeorologi di NTT.

"Ternyata dampak ini masih bagian awal. Karena bibit siklon saat ini diprediksi berdasarkan analisis terbaru bibit itu berada di posisi perairan Kepulauan Rote NTT sekitar 24 km barat daya Kupang dengan pergerakan sistem ke arah Timur hingga Timur Laut dengan kecepatan 3 knox atau 6 km per jam, bergerak menjauhi wilayah Indonesia," ungkapnya.

Berita lain terkait Cuaca Esktrem di Indonesia Timur

(Tribunnews.com/Gilang Putranto)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas