Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Program Kartu Prakerja Dianggap Tidak Tepat Sasaran Sekaligus Tidak Efektif

Berdasarkan survei IPO, hanya 23 persen masyarakat yang menilai program Kartu Prakerja tepat sasaran.

Penulis: Chaerul Umam
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Program Kartu Prakerja Dianggap Tidak Tepat Sasaran Sekaligus Tidak Efektif
screenshot
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia Political Opinion (IPO) menyampaikan hasil survei terkait program-program pemerintah yang berjalan di masa pandemi Covid-19.

Direktur Eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah menyatakan, masyarakat menganggap program Kartu Prakerja tidak tepat sasaran sekaligus tidak efektif.

Berdasarkan survei IPO, hanya 23 persen masyarakat yang menilai program Kartu Prakerja tepat sasaran.

"Program Prakerja juga cukup mengkahwatirkan karena hanya 23 persen yang menyatakan tepat sasaran, kemudiam 32 persen menyatakan efektif," kata Dedi dalam diskusi Polemik bertajuk 'Evaluasi Kabinet dan Peta Politik 2024' secara daring, Sabtu (10/4/2021).

"Berarti program Prakerja itu sudah dianggap tidak tepat sasaran sekaligus dianggap juga tidak efektif yaitu sebesar 44 persen menyatakan tidak efektif," lanjutnya.

Untuk program Bantuan Langsung Tunai (BLT), hanya 29,9 persen masyarakat yang menyatakan bahwa BLT itu tepat sasaran.

Sementara 51,3 persen menyatakan tidak tepat, kemudian 59 persen menyatakan efektif.

Berita Rekomendasi

"Artinya bantuan tunai meskipun dianggap tidak tepat sasaran tapi itu dianggap efektif karena penerimanya bisa membelanjakan sesuai dengan kebutuhan," ujarnya.

Dedi melanjutkan, berdasarkan survei IPO, 61,7 persen masyarakat menilai program pembagian sembako tepat sasaran, tetapi  63 persen ini juga menganggap tidak tepat sasaran.

Baca juga: Survei IPO: Masyarakat Nilai Kinerja Jokowi dan Maruf Amin Jomplang

Sementara itu, 68,1 persen responden yang menyatakan program jaring pengaman sosial rawan korupsi.

Kemudian 51 persen menyatakan jaring pengaman sosial tidak siginifkan membantu.

"Artinya mereka menerima tetapi tidak cukup membantu kemudian 54,7 persen beranggapan pemilihan penerima bantuan tidka transparan dan terbuka, ini juga persoalan," kata Dedi.

"Saya kira kementerian-kementerian yang menugasi pendataan hal-hal semacam ini saya kira sangat layak sekali kalau kemudian harus dievaluasi," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas