Muhammad Syamsi Ali Galau Berkepanjangan Saat Jadi Imam Masjid Islamic Center of New York
Pria yang telah hidup di Kota New York selama kurang lebih 24 tahun itu awalnya mengungkapkan, kini tidak lagi menjabat sebagai Imam Masjid Islamic Ce
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Muhammad Syamsi Ali atau Shamsi Ali ternyata pernah diliputi kegalauan panjang saat menjabat sebagai Imam Masjid Islamic Center di Kota New York, Amerika Serikat (AS).
Pria yang telah hidup di Kota New York selama kurang lebih 24 tahun itu awalnya mengungkapkan, kini tidak lagi menjabat sebagai Imam Masjid Islamic Center of New York.
Syamsi Ali terakhir menjabat sebagai Imam di Masjid Raya Kota New York itu pada tahun 2014.
"Sekarang ini bukan lagi Imam di Islamic Center, saya sampai 2014 saja di situ. Dari 2012 - 2014 saya Imam di Islamic Center," kata Syamsi Ali saat berbincang dengan Tribun Network, Rabu (21/4/2021).
Syamsi Ali sejauh ini telah 12 tahun menjabat sebagai Imam Masjid Islamic Center of New York.
"Saya selesai di Islamic Center karena hanya dua term saja, satu term lima tahun, malah saya 12 tahun sebenarnya menjadi imam," katanya.
Selama menjadi Imam Masjid Islamic Center of New, Syamsi Ali mengaku diliputi perasaan galau berkepanjangan.
Alasannya bermacam-macam, mulai dari jemaah Masjid Islamic Center yang datang dari beragam kalangan, hingga adanya stereotip buruk tentang orang Indonesia.
Baca juga: Imam Syamsi Ali: Islam Datang tidak Mengajarkan untuk Mati, tapi Bagaimana Hidup dengan Baik
"Alangkah beratnya seorang Indonesia memimpin Islamic Center yang jemaahnya beragam, termasuk ada dari Timur Tengah. Juga ada semacam asumsi yang mengatakan bahwa Indonesia itu incapable, kurang mampu memimpin, termasuk dalam keislaman," jelas Syamsi Ali.
"Ini semua menjadikan saya cukup galau panjang. Ada kegalauan panjang yang ada pada diri saya," imbuh dia.
Hal lain yang membuatnya merasa galau yakni saat di mana dia memberikan ceramah ke beberapa universitas di Amerika.
Syamsi menceritakan, bila mengenalkan diri sebagai warga dari Indonesia, para mahasiswa di Amerika cenderung memberikan tanggapan dingin.
"Kalau saya mengenalkan diri bahwa saya ini dari Indonesia, biasanya mereka dingin. Responnya tidak terlalu bersemangat, entah kenapa," ujar dia.
Selain itu, Syamsi Ali juga menyadari bahwa Indonesia saat ini belum dikenal luas sebagai negara dengan populasi umat Islam terbesar di dunia.
"Kalau saya mengatakan saya ini mewakili negara muslim terbesar dunia, mereka mengatakan, 'kamu dari Mesir ya? atau Saudi Arabia?," Tutur dia.
"Saya mengatakan engga. Negara muslim terbesar dunia itu ada di Asia Tenggara. Mereka malah mengatakan, 'oh kamu dari Malaysia?," sambung Syamsi Ali.
Hal lain yang membuat Syamsi Ali galau saat menjabat Imam Masjid Islamic Center of New York City yakni adanya stereotip buruk tentang Islam, yang mengatakan di mana ada Islam, di situ ada konflik.
"Ternyata ada stigma, ada stereotip, yang mengatakan bahwa di mana ada konflik, di situ ada Islam. Dan di mana ada Islam, hati-hati akan terjadi ada konflik," kata dia.
"Hal-hal ini yang menjadikan saya galau, dan menjadi beban tersendiri," imbuh Syamsi Ali.