Bung Karno Ungkap Penyelundupan Besar-besaran Agar Pemerintah RI Tetap Survive
Republik mempunyai pengalaman tak punya uang, uang yang dicetak sendiri menggunakan mesin cetak sederhana, tidak punya nilai
Penulis: Febby Mahendra
Editor: cecep burdansyah
“Belanda memberinya julukan sebagai raja penyelundup, tapi rakyat Indonesia mengenalnya sebagai Menteri Perekonomian,” kata presiden pertama RI tersebut.
Sehabis Perang Dunia II, Hongkong menjadi tempat penjualan pesawat terbang bekas. Apa saja dapat dibeli di sana asal harganya cocok. Bisa dibayar menggunakan apa saja, emas atau candu.
“Kami membeli dua pesawat Dakota bekas dan Bob Freeberg membawaku terbang ke mana-mana. Dia mengalami kecelakaan pada 1947 ketika aku mengirimnya ke Palembang membawa uang untuk membantu gerilya Sumatera,” ujar Bung Karno.
Siapa Bob Freeberg yang disebut oleh Bung Karno tersebut? Seorang pemuda pada suatu hari muncul entah dari mana dan memperkenalkan diri kepada Bung Karno.
“Namaku Bob Freeberg. Aku orang Amerika. Aku soerang pilot dan menaruh simpati kepada perjuangan Anda. Bantuan apa yang dapat aku berikan?” kata Bung Karno menirukan perkenalan Bob Freeberg.
Bung karno juga menyebut bantuan dari orang-orang India. Selama pertempuran Surabaya, November 1945, tak kurang 600 orang tentara India melakukan desersi membantu Republik Indonesia.
“Mereka adalah penyelundup-penyelundup ulung. India menderita kelaparan, sebagai balasan dari berton-ton beras yang kami kirimkan, kawan-kawan di sana menyelundupkan sebuah pesawat terbang untuk kami,” ungkap pria kelahiran Surabaya, 6 Juni 1901 tersebut.
Pesawat itu kemudian dipakai untuk menyelundupkan barang dari dan ke Manila, Filipina. Pada pukul 02.00 dini hari pesawat terbang membawa kopi atau kina, ke Manila, pulangnya membawa spare part, obat-obatan, perbekalan dan amunisi. Namun Belanda kemudian menembak jatuh pesawat itu di Yogya.
Satu-satunya komoditas yang dipunyai Republik Indonesia adalah bahan mentah. Menteri Perekonomian melaksanakan ekspor barang-barang ke Inggris, dan negara tersebut menjamin pengapalannya berlangsung aman dari perompak Belanda di lautan bebas.
Praktik penyelundupan juga terjadi di wilayah dalam negeri. Sultan Yogya, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, bertindak sebagai penghubung antara Jakarta (yang dikuasai Belanda) dan Yogyakarta. Setiap kali Sri Sultan melakukan perjalanan 12 jam menggunakan kereta api ke Jakarta, ia menukarkan berpeti-peti cerutu buatan Yogya dengan ban mobil.
Di satu waktu seluruh modal dari Republik Indonesia ditukar menjadi emas batangan, dimasukkan dalam kotak sepatu dan tempat sabun, lalu disembunyikan di kamar belakang kantor Sultan. (*)
*Dikutip dari buku ‘Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia’, karya Cindy Adams, Penerbit Yayasan Bung Karno dan Penerbit Media Pressindo.
Baca juga: Gigitan Semut Bikin Sintong Panjaitan Lolos dari Tembakan Pemberontak Papua