Foto Terpidana Mati Usman dan Harun Terpajang Khusus di Rumah Mochtar Kusuma-atmadja
Mochtar Kusuma-atmadja jadi pembela prajurit KKO Usman dan Harun dari hukuman mati di Singapura. Namun upayanya tersebut gagal.
Penulis: Febby Mahendra
Editor: cecep burdansyah
Sebuah pesawat Hercules diterbangkan untuk menjemput jenazah Usman dan Harun, selain itu pangkat mereka dinaikkan satu tingkat secara anumerta. Berdasarkan Surat Keputusan Presiden, pada 17 Oktober 1968 Usman dan Harun dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Sebagai kenang-kenangan kepada Mochtar sebagai penasihat hukum dua terpidana, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura memberikan foto Usman dan Harun. Mereka dipotret secara terpisah ketika masih meringkuk di dalam penjara Singapura.
Pemotretan dilakukan secara diam-diam sehingga terekam kondisinya secara natural. Terlihat Usman menatap jauh ke depan, seperti orang melamun tapi wajahnya tersenyum. Sedangkan Harun tertunduk murung, mungkin memikirkan hukuman mati yang harus dijalani.
Baca juga: Terancam Jiwanya, Mochtar Kusuma-atmadja Dikawal Prajurit Seskoad hingga Bandara
Tabur bunga Lee Kuan Yew
Rupanya foto Usman dan Harun tersebut mendapat perhatian khusus dari Ny Ida, panggilan akrab istri Mochtar.
Kisah Usman dan Harun membuat perempuan bernama asli Ny Siti Khodidjah tersebut terharu dan trenyuh.
“Foto mereka itu dipajang oleh ibu di dinding rumah kami secara khusus. Sampai hari ini, foto Usman dan Harun masih tetap di situ, sehingga betul-betul menjadi kenang-kenangan yang tidak terlupakan,” ujar Askari Kusumaatmaja, anak bungsu Mochtar, dalam buku ‘Rekam Jejak Kebangsaan Mochtar Kusuma-atmadja’, penyusun Nina Pane, Penerbit Buku Kompas, Februari 2015.
Hukuman mati terhadap Usman dan Harun membawa luka dalam hubungan Indonesia-Singapura. Namun ketegangan mulai mereda ketika Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew, pada 1973 berkunjung ke Indonesia.
Lee berziarah ke Taman Makam Pahlawan Kalibata dan menabur bunga di atas pusara Usman dan Harun, bukan sekadar meletakkan karangan bunga di kaki tugu sebagaimana tamu kenegaraan lainnya.
Namun uniknya Singapura mengajukan protes ketika TNI AL menjadikan Usman dan Harun sebagai nama kapal perang yang baru. Kapal perang berjenis multi-role light frigate itu berukuran 90 meter, dibeli dari Inggris.
Menteri Luar Negeri Singapura, K Shanmugam, mengajukan protes resmi kepada Menteri Luar Negeri RI, Marty Natalegawa.
Pemerintah Singapura menyebut Usman dan Harun sebagai teroris yang dihukum mati, sehingga penggunaan nama mereka di kapal perang RI (KRI) akan melukai perasaan rakyat Singapura, terutama keluarga korban pengeboman.
Protes tersebut dianggap sebuah anomali karena seharusnya masalah Usman-Harun sudah selasai pada 28 Mei 1973, ketika Lee Kuan Yew menabur bunga di pusara dua prajurit TNI AL itu.
Tindakan simbolis Lee tersebut rupanya tidak otomatis diikuti oleh pemimpin Singapura berikutnya, Perdana Menteri Lee Hsien Long, putra Lee Kuan Yew.