Bahagianya Johan Ketika Pasien yang Menerima Plasma Konvalesen Selamat dan ke Luar dari Masa Kritis
Kondisi sang ayah berangsur membaik, setelah mendapat transfusi dua kantong donor plasma konvalesen. Tadinya sulit makan, bisa menerima asupan makanan
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Dewi Agustina
Menurut Sulis, harus banyak lagi masyarakat terutama penyintas Covid-19 yang mau melakukan donor plasma konvalesen. Sehingga akan banyak pasien positif Covid-19 yang akan terselamatkan.
"Kalau plasma antibodi yang diambil, jelas yang mengenali virusnya. Ibarat perang, kita memiliki pasukan tambahan untuk melawan virus, dengan plasma dari penyintas itu," ucapnya.
Memang, di tengah melonjaknya kasus Covid-19 permintaan Terapi Plasma Konvalesen (TPK) juga turut meningkat.
Meski bukanlah hal baru dalam dunia kedokteran, metode ini semakin banyak dipakai dan diyakini menyelamatkan banyak orang.
Ahli Terapi Plasma Konvalesen (TPK) Dr dr Theresia Monica Rahardjo SpAn KIC MSi mengharapkan, pemerintah dapat serius mempermudah masyarakat yang membutuhkan terapi ini dengan membentuk Bank Plasma.
"Sebaiknya segera dibentuk Bank plasma. Seharusnya digalakkan diedukasi untuk penyintas agar menjadi donor plasma," ujar dr Monica.
Ia menilai melalui terapi sederhana, spesifik, terjangkau serta memiliki sumber daya manusia yang banyak, TPK dapat menyelamatkan pasien Covid-19 sebelum menjadi fatal.
"Kalau kita lihat sekarang telah 2 juta penyintas. Kita umpamakan 50 persen yang bergejala sedang sampai berat dan kemudian setengahnya adalah laki-laki. Jadi ada sekitar 50 ribu orang mampu menyelamatkan orang lain," kata dia.
Selain itu, di Indonesia telah memiliki jaringan Palang Merah Indonesia (PMI) di seluruh Indonesi yang memiliki kemampuan mumpuni terkait TPK ini.
"Saya mengharapkan juga rumah sakit di seluruh Indonesia juga memiliki kompetensi dan sumber daya manusia untuk mengambil plasma ini," harapnya.